Ikhbar.com: Nyaris semua Muslimah di Gaza, Palestina memilih memakai hijabnya selama 24 jam. Langkah tersebut merupakan antisipasi mereka saat menyelamatkan diri dari serangan Israel sembari tetap menjaga auratnya.
“Selama perang, saya memakai jilbab nyaris seharian, termasuk saat tidur,” ujar perempuan Gaza bernama Dana Al Ghossain dikutip dari TRT World pada Sabtu, 3 Februari 2024.
Perempuan yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris itu mengaku khawatir akan kemungkinan serangan dadakan Israel. Dengan mengenakan hijab setiap saat, setidaknya Al Ghossain bisa menyelamatkan diri kapan saja sembari tetap menjaga aurat.
“Serangan Israel bisa saja memaksa kami meninggalkan rumah secara tiba-tiba,” katanya.
Al Ghossain mengungkapkan, setiap malam dirinya selalu memeluk sang buah hati dengan erat. Ia berusaha tetap membuat anak-anaknya merasa nyaman saat tidur.
Baca: PBB: 17 Ribu Anak di Gaza Kehilangan Orang Tua
“Saya berharap untuk segera bisa melarikan diri dari kenyataan yang menyakitkan ini,” ujar ibu dua anak itu.
Al Ghossain tidak sendirian, nyaris semua perempuan di Gaza mengalami nasib yang sama akibat gempuran Israel yang belum juga berhenti.
Di sana, para Muslimah harus berbagi tempat di pengungsian dengan privasi yang terbatas. Kekhawatiran akan serangan yang terus menerus inilah yang membuat para perempuan Gaza untuk bersiap-siap menyelamatkan diri sambil berusaha tetap menutup aurat mereka.
Mukena
Sebagian besar Muslimah di Gaza juga dilaporkan banyak yang mengenakan mukena atau yang lebih dikenal dengan nama isdal atau toub salah saat masa perang.
Mereka secara konsisten mengenakan mukena sebagai sarana untuk melindungi kesopanan. Tujuan lainnya yaini menghindari kemungkinan hijab mereka terbuka jika terjadi cedera atau kematian.
Salah seorang Muslimah Palestina di Gaza, Eman Shanti mengatakan, mukena tersebut seolah menjadi seragam resmi mereka dalam keadaan darurat peperangan.
“Mengenakan hijab adalah sebuah kebanggaan bagi saya, dan saya dengan teguh memakainya. Saya telah melalui semua pengalaman saya, termasuk tantangan yang saya hadapi selama perang dengan mengenakan hijab. Hal ini memiliki arti penting bagi saya,” tandasnya.