Ikhbar.com: Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan anak, UNICEF mencatat, setidaknya ada 17.000 anak di Jalur Gaza yang terpisah dari keluarga mereka. Angka itu terus bertambah sejak perang mulai meletup hampir empat bulan lalu, yakni 7 Oktober 2023.
“Hampir semua anak di wilayah tersebut juga memerlukan dukungan kesehatan mental,” Kepala Komunikasi UNICEF di Palestina, Jonathan Crickx, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Sabtu, 3 Februari 2024.
“Setiap anak memiliki kisah kehilangan dan kesedihan yang memilukan,” sambung Crickx.
Menurutnya, jumlah itu setara dengan 1% dari keseluruhan populasi pengungsi, yaitu 1,7 juta orang.
“Mereka adalah anak-anak yang terpaksa menerima kenyataan baru yang mengerikan,” tambahnya.
Baca: WHO: Tiap 10 Menit 1 Anak di Gaza Terbunuh
Kehilangan identitas
Crickx, bahkan mengatakan, sangat sulit untuk menelusuri latar belakang keluarga maupun identita orang tua mereka. Pasalnya, hampir setiap anak-anak yang ditemui di rumah sakit masih dalam keadaan syok dan terluka.
“Malahan, mereka tidak bisa menyebutkan namanya sendiri,” katanya.
Ia mengatakan, terpisah dari keluarga merupakan hal lumrah dirasakan anak-anak saat konflik meletus di sebuah wilayah. Namun, itu berbeda di Gaza. Kurangnya pasokan makanan, air, dan tempat tinggal, membuat mereka terasa semakin berada dalam tekanan dan ancaman.
“Anak-anak di Gaza menunjukkan gejala-gejala tingkat kecemasan yang sangat tinggi, kehilangan nafsu makan, tidak bisa tidur, dan emosi meledak-ledak atau panik setiap kali mendengar ledakan,” jelasnya.
Di awal serangan terjadi, UNICEF telah memperkirakan lebih dari 500.000 anak di Gaza membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psiko-sosial.
“Tapi, kini, semua anak di sana membutuhkan bantuan tersebut. Mereka bisa berjumlah lebih dari satu juta anak-anak,” kata Crickx.
Baca: 24 Ribu Anak di Gaza Mendadak Yatim
Paling terdampak konflik
Melansir data Kementerian Kesehatan Palestina, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 27.100 orang, sekitar 11.500 di antaranya adalah anak-anak.
Sementara itu, lebih dari 66.200 orang lainnya terluka di tengah kekurangan pasokan medis dan fasilitas kesehatan. Ribuan orang lainnya dilaporkan hilang dan tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.
“Anak-anak tidak ada hubungannya dengan konflik ini. Namun, mereka sangat menderita,” tutup Crickx.