Ikhbar.com: Konflik antara Hizbullah dan Israel di Lebanon selama 13 bulan terakhir telah menyebabkan lebih dari 3.000 korban jiwa dan ribuan luka-luka. Serangan udara dan artileri Israel menyebabkan korban sipil, termasuk 589 wanita, dan setidaknya 185 anak-anak.
Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) bahkan melaporkan bahwa dalam sebulan terakhir, setidaknya satu anak terbunuh setiap hari di Lebanon.
Baca: Israel Bakar Desa-desa di Lebanon Pakai Bom Fosfor
“Sejak 4 Oktober tahun ini, setidaknya satu anak terbunuh, dan 10 lainnya terluka setiap hari,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, dikutip dari Al Jazeera, pada Selasa, 5 November 2024.
Di samping itu, krisis pengungsi yang semakin parah menambah penderitaan rakyat Lebanon. Sekitar 1,2 juta dari populasi 5,8 juta dipaksa mengungsi ke negara-negara tetangga, seperti Irak dan Suriah.
Serangan terhadap fasilitas medis juga memperburuk kondisi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat adanya hambatan signifikan terhadap upaya penyelamatan dan bantuan kesehatan di Lebanon.
Baca: 3 Jurnalis Dibunuh Israel di Lebanon
Situasi ini diperkeruh oleh ketegangan politik, dengan Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, yang menuduh Israel menghambat negosiasi gencatan senjata.
Tingginya tingkat kehancuran infrastruktur, serta kondisi masyarakat yang semakin kritis, menunjukkan bahwa upaya untuk mencapai perdamaian masih menghadapi banyak kendala.