Ikhbar.com: Generasi sandwich atau mereka yang menanggung hidup orang tua sekaligus anak di Indonesia diketahui kian terhimpit tekanan ekonomi. Di tengah harga kebutuhan pokok yang melambung dan pendapatan yang stagnan, utang menjadi jalan terpaksa untuk bertahan.
Laporan terbaru dari YouGov Indonesia bertajuk Indonesia Personal Finance Outlook 2025: Rising Costs, Resilient Minds mencatat, lebih dari separuh responden di Indonesia harus berutang dalam 12 bulan terakhir.
“Tepatnya 54 persen responden mengaku mengambil pinjaman dalam bentuk apapun, mulai dari paylater, kredit konvensional, hingga menjual aset pribadi,” jelas Edward General Manager YouGov Indonesia, dikutip pada Senin, 23 Juni 2025.
Yang mengkhawatirkan, kata Edward, sebagian besar dari mereka tidak hanya berutang sekali, tapi terus menambah pokok utangnya. Tercatat 36% dari responden mengaku mengalami penambahan beban utang dari waktu ke waktu.
Milenial paling rentan terjerat
Di antara kelompok usia, generasi milenial menempati posisi teratas sebagai peminjam aktif. Riset menyebut 59% milenial mengambil utang dalam satu tahun terakhir, jauh melampaui Gen Z maupun Gen X.
Baca: Riset: Generasi Sandwich Indonesia Terancam tak Bisa Punya Rumah
“Milenial cenderung menggunakan berbagai saluran utang,” ujar Edward.
Paling umum adalah jalur informal, seperti meminjam ke teman atau keluarga (30%), diikuti penggunaan platform pinjaman digital (28%), dan lembaga keuangan konvensional (23%).
Sementara Gen Z memiliki kecenderungan serupa, tetapi sedikit lebih rendah. Sebanyak 25 % meminjam ke lingkaran terdekat, 24% melalui aplikasi digital, dan hanya 17% yang memilih pinjaman dari bank atau lembaga resmi.
Sementara Gen X, atau kelompok usia yang lebih senior lebih konservatif dalam meminjam. Mereka lebih banyak mengandalkan pinjaman informal (33%) dan kredit dari lembaga keuangan tradisional (25%).
Sandwich vs Non-Sandwich
Ketika responden dikelompokkan berdasarkan status sebagai generasi sandwich dan non-sandwich, terlihat perbedaan tekanan yang sangat signifikan.
“Sebanyak 62 persen dari generasi sandwich harus berutang dalam satu tahun terakhir,” terang Edward.
Ia menjelaskan, kebanyakan mereka menggunakan beragam sumber, mulai dari jalur informal (24%), paylater (22%), kartu kredit (16%), hingga menjual atau menggadaikan barang (15%). Pinjaman dari bank hanya 13%, dan dari platform pinjaman online sebanyak 11%.
Sementara itu, hanya 47% dari generasi non-sandwich yang menyatakan mengambil utang, dan sebagian besar menggunakan skema paylater (18%) sebagai solusi cepat.
Cicilan menggunung
Situasi menjadi lebih serius ketika membahas kemampuan membayar kembali. Data YouGov menunjukkan bahwa 31% generasi sandwich mulai kewalahan membayar cicilan.
“Sebanyak 18 persen mengalami keterlambatan pembayaran atau bahkan menunda pelunasan. Sementara 13 persen hanya sanggup membayar sebagian dari total tagihan bulanan,” katanya.
Fenomena ini menggambarkan betapa rapuhnya kondisi keuangan generasi sandwich, yang harus membagi penghasilannya untuk kebutuhan tiga generasi sekaligus orang tua, diri sendiri, dan anak-anak.