Ponpes Pulosari Gaungkan Integrasi Ekoteologi dalam Transformasi Pendidikan Pesantren

Ponpes Putri Pulosari yang berlokasi di Kampung Pulosari, Desa Cijolang, Kecamatan BL Limbangan, Kabupaten Garut, menggelar Halaqah Pesantren bertema “Integrasi Nilai-Nilai Ekoteologi dalam Transformasi Pendidikan Pesantren” pada Ahad, 14 Desember 2025. Foro: Dok. Panitia

Ikhbar.com: Pondok Pesantren (Ponpes) Putri Pulosari menegaskan pentingnya integrasi nilai-nilai ekoteologi sebagai fondasi transformasi pendidikan pesantren yang berorientasi pada kelestarian lingkungan dan penguatan akhlak santri. Pendekatan ini dipandang strategis untuk membentuk generasi berilmu yang memiliki tanggung jawab ekologis berbasis tauhid.

Ponpes Putri Pulosari yang berlokasi di Kampung Pulosari, Desa Cijolang, Kecamatan BL Limbangan, Kabupaten Garut, menggelar Halaqah Pesantren bertema “Integrasi Nilai-Nilai Ekoteologi dalam Transformasi Pendidikan Pesantren” pada Ahad, 14 Desember 2025.

Kegiatan tersebut diikuti sekitar 150 peserta yang terdiri atas santri, pengasuh pesantren, akademisi, serta pemerhati pendidikan Islam.

Forum halaqah ini dirancang sebagai ikhtiar intelektual dan spiritual pesantren dalam merespons krisis ekologis global. Pesantren diposisikan sebagai ruang strategis untuk menanamkan kesadaran lingkungan yang berakar pada nilai tauhid, etika Islam, dan tradisi keilmuan pesantren.

Ketua pelaksana, Ustaz Shona Azi, menilai persoalan lingkungan hidup saat ini tidak dapat dipahami semata sebagai masalah teknis, melainkan juga mencerminkan krisis spiritual dan cara pandang manusia terhadap alam.

Baca: 5 Pesantren Berwawasan Lingkungan di Indonesia

“Ekoteologi menempatkan relasi manusia, alam, dan Tuhan dalam satu kesatuan nilai teologis. Karena itu, integrasi nilai-nilai ekoteologi dalam pendidikan pesantren menjadi penting agar transformasi pendidikan tidak hanya melahirkan insan berilmu, tetapi juga berakhlak ekologis,” pungkasnya.

Ia berharap halaqah ini mampu membangun kesadaran kolektif bahwa menjaga lingkungan merupakan bagian integral dari amanah kekhalifahan manusia di muka bumi sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an.

Pimpinan Ponpes Putri Pulosari, KH Asep Saeful Hidayat, menegaskan bahwa kerusakan lingkungan, baik di darat maupun di laut, pada dasarnya merupakan dampak dari perilaku manusia.

“Allah telah mewanti-wanti agar manusia menjaga hutan, gunung, dan lingkungan. Jika alam dieksploitasi tanpa batas, maka banjir, longsor, dan bencana lainnya akan terjadi,” tuturnya.

Menurut Kiai Asep, halaqah ini bertujuan membangun paradigma santri agar bersikap bijak terhadap alam sebagai amanah titipan Allah Swt. Ia menekankan bahwa makna ibadah tidak hanya terbatas pada ritual, tetapi juga diwujudkan melalui upaya menjaga dan melindungi lingkungan.

Ketua Dewan Pembina YPL Pulosari, KH Cecep Alba, dalam sambutannya mengutip QS. Asy-Syura ayat 30 yang menjelaskan bahwa musibah yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan akibat dari perbuatan manusia sendiri, meskipun dalam kondisi tertentu juga menjadi ujian untuk meningkatkan derajat keimanan.

Ia menjelaskan bahwa pelanggaran terhadap hukum alam, hukum sosial, maupun hukum agama berpotensi melahirkan bencana. Namun, sikap manusia dalam menghadapi musibah dengan sabar, syukur, dan doa menjadi kunci nilai spiritual dari setiap ujian.

Sementara itu, Kepala Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag), KH Rohmat Mulyana Sapdi, menyampaikan bahwa nilai-nilai ekoteologi memiliki keterkaitan erat dengan penguatan nilai universal, moderasi beragama, dan prinsip keseimbangan (tawazun).

“Ekoteologi dapat dipahami sebagai perspektif teologis yang menempatkan alam sebagai bagian dari ciptaan Allah yang memiliki nilai intrinsik dan harus dijaga. Dalam Islam, hal ini berakar pada penguatan tauhid dan pemahaman ayat-ayat kauniyah,” jelas guru besar bidang pendidikan Islam tersebut.

Ia menambahkan bahwa integrasi ekoteologi dapat dikembangkan melalui kurikulum pendidikan berbasis cinta, termasuk cinta terhadap lingkungan, baik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

Melalui Halaqah Pesantren 2025 ini, Ponpes Putri Pulosari menegaskan komitmennya dalam mendorong transformasi pendidikan pesantren yang berwawasan ekologis, berlandaskan tauhid, akhlak, dan tanggung jawab kemanusiaan.

Kegiatan ini dihadiri Rektor Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Asep Salahudin, dosen ITB Sansan Ziaulhaq, serta dewan guru di bawah naungan Yayasan Lembaga Islam Pulosari.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.