Perang Hamas vs Israel Memanas, Korban Tewas Nyaris 2.000 Orang

Potret warga Gaza saat dihantam bom Israel. Foto: REUTERS/STRINGER

Ikhbar.com: Intensitas perang antar kelompok Hamas Palestina dengan Israel kian memanas. Korban jiwa dan luka-luka terus bertambah, termasuk dari warga sipil.

Penduduk Gaza khawatir hunian mereka dan beberapa fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah akan menjadi sasaran serangan balasan. Sebab Israel berjanji untuk melakukan pengepungan penuh di kawasan tersebut.

Dikutip dari Al-Jazeera pada Rabu, 11 Oktober 2023 dilaporkan lebih dari 1.000 orang di pihak Israel tewas. Sementara dari kubu Palestina setidaknya 921 orang Palestina tewas dengan lebih dari 4.600 lainnya terluka. 

Jumlah tersebut terhitung sejak serangan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023 yang disusul serangan pembalasan Israel. Korban tewas dan luka-luka dari kedua kubu diprediksi akan terus bertambah.

Warga sipil jadi sasaran

Salah seroang aktivis kemanusiaan di organisasi Norwegia-Denmark Church Aid, Nidal Hamdouna mengatakan, peperangan ini merupakan konflik paling serius yang pernah disaksikannya. Pria yang lahir di Gaza, Palestina itu diketahui telah menjadi saksi banyaknya konflik kemanusiaan yang merenggut nyawa di daerah tersebut.

Baca: Kala Serangan Hamas Gocek Kecanggihan AI Israel

“Situasi yang kami hadapi melibatkan serangan udara intensif dan penembakan yang menargetkan berbagai lokasi di Jalur Gaza, termasuk lingkungan saya,” katanya dikutip The Guardian pada Rabu, 11 Oktober 2023.

“Masalahnya adalah saat ini tidak ada tempat yang aman untuk dikunjungi di Gaza,” imbuhnya.

Ia mengaku telah menyaksikan perang Palestina-Israel tahun 2008, 2014, dan 2021. Menurutnya, konflik tahun ini merupakan paling dahsyat. Sebab banyak keluarga yang telah terbunuh. 

“Kekhawatirannya sejauh mana warga sipil dilindungi? Dan bagaimana menemukan tempat yang aman? Meskipun memang tidak ada tempat yang aman untuk dikunjungi saat ini,” ujar dia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya laporan serangan udara dan penembakan Israel telah menghantam infrastruktur sipil.

“Meskipun saya menyadari kekhawatiran Israel terhadap keamanan, saya juga mengingatkan Israel bahwa operasi militer harus dilakukan sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional,” katanya.

“Warga sipil harus dihormati dan dilindungi setiap saat. Infrastruktur sipil tidak boleh menjadi target,” tambahnya.

Ia mengaku sangat khawatir dengan janji Israel yang akan melakukan pengepungan total terhadap Gaza.

Suasana kian mencekam

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebut lebih dari 200.000 warga Gaza mengungsi. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat. Sebab serangan udara Israel belum lama ini telah meratakan 790 rumah penduduk dan 5.330 di antaranya rusak parah.

Meningkatnya jumlah korban luka berisiko membebani sistem layanan kesehatan Gaza yang masih rapuh setelah blokade 16 tahun yang dilakukan otoritas Israel. Mereka membatasi masuknya orang, bahan bakar, bahan bangunan, dan makanan.

Salah satu anggota organisasi bantuan Medical Aid for Palestinians Mahmoud Shalabi mengatakan, rumah sakit Beit Hanoun di utara Gaza sudah tidak berfungsi lagi. Hal itu karena kerusakan tambahan yang diterima akibat serangan Israel.

“Selain itu, jalan di sekitarnya hancur sehingga sekarang tidak mungkin untuk mengaksesnya,” ujar dia.

Shalabi juga menyebutkan bahwa kerusakan juga dialami rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa. Padahal, tempat tersebut telah lama menjadi pusat perawatan bagi penduduk setempat.

Baca: Jalur Gaza dari Masa ke Masa

“Unit neonatal di Rumah Sakit Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza sebagian rusak akibat pengeboman di sekitar fasilitas tersebut,” katanya.

Ia menjelaskan, jalan-jalan di sekitar Al Shifa juga terkena dampak parah. Sehingga hal itu tentu membatasi operasional di tempat tersebut.

“Sementara semua rumah sakit sangat menderita karena kurangnya pasokan dan tenaga medis personel. Kemarin, Kementerian Kesehatan menyerukan semua perawat di Gaza untuk mulai bekerja sukarela di rumah sakit terdekat,” jelas Shalabi.

Ultimatum kedua pihak

Awal pekan ini, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant mengancam pasokam listrik, bahan bakar, makanan dan air tidak akan bisa masuk ke Gaza.

“Hal itu kami lakukan sebagai bentuk balasan serangan pasukan Hamas ke Israel beberapa waktu lalu,” ujar dia.

Sementara itu, pasukan Hamas tengah menyandera 130 warga Israel. Mereka mengancam akan membunuh tawanan tersebut jika militer Israel menyerang rumah-rumah warga sipil di Gaza.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.