MUI: Kehangatan Keluarga Mampu Cegah Aksi Bunuh Diri

Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga (KPRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Siti Ma'rifah. Foto: Dok. MUI

Ikhbar.com: Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga (KPRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Siti Ma’rifah menyebut banyaknya kasus kekerasan dan bunuh diri di Tanah Air mencerminkan kegagalan fungsi ketahanan keluarga.

Untuk itu, pada momentum tahun baru 2024 ini, Siti Ma’rifah mengajak umat Muslim untuk menguatkan kembali peran vital keluarga dalam mencegah tragedi.

“Selain itu, kami mengajak segenap keluarga untuk membangun fondasi sosial yang lebih kuat dan empatik,” ujarnya dikutip dari laman MUI pada Selasa, 2 Januari 2024.

Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang 2023 sebanyak 971. Angka tersebut terhitung sejak Januari hingga 18 Oktober 2023. 

Siti Ma’rifah menegaskan, kerjasama keluarga merupakan kunci utama dalam membentuk karakter. Menurutnya, sosok ibu memiliki peran sentral sebagai pendidik utama bagi anak.

“Kerjasama yang erat antara ibu, bapak, dan anggota keluarga lainnya menjadi kunci penting dalam membentuk karakter yang baik sebagaimana diatur dalam nilai-nilai agama,” katanya.

Dengan sinergi tersebut, kata dia, keluarga akan mampu membentuk fondasi yang kokoh untuk menghadapi berbagai tantangan zaman.

Di sisi lain, ia mengatakan bahwa keluarga yang kuat dan saleh merupakan cerminan kebaikan bagi bangsa Indonesia.

“Keluarga yang kuat dan saleh tidak hanya mencerminkan kebaikan dalam masyarakat, tetapi juga menjadi cermin positif bagi kebangsaan secara keseluruhan,” ujar sosok yang juga putri sulung KH Ma’ruf Amin itu.

Menurutnya, memasuki tahun baru ini umat Muslim perlu melakukan refleksi dan pembaruan diri. Hal itu penting dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

“Kita perlu membangun kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental dan dukungan emosional dalam keluarga dan masyarakat, sebagai langkah proaktif mengurangi risiko dan dampak buruk dari masalah ini. Tahun Baru bisa menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian dan kebersamaan dalam menanggulangi isu kesehatan mental ini secara kolektif,” katanya.

Ia menegaskan, sudah selayaknya tahun baru dibarengu dengan semangat baru. Momentum tersebut sangat tepat dijadikan ajang untuk melakukan evaluasi diri atau muhasabah.

“Dengan demikian harapannya tentu kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan,” ucapnya 

“Perlu diingat bahwa perayaan tahun baru sebaiknya tidak berlebihan, terutama dengan perayaan yang mengandung kemaksiatan, yang sebaiknya dihindari,” imbuhnya.

Memaknai tahun baru, kata dia, bisa dengan melakukan aktivitas positif bersama keluarga. Salah satunya dengan memanfaatkan waktu libur.

“Momentum seperti ini biasanya digunakan untuk mempererat silaturahmi keluarga, baik dengan menghabiskan waktu libur bersama atau bahkan melaksanakan ibadah umrah jika memungkinkan,” tuturnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.