Mengapa Tubuh sering Refleks Bergerak saat Mendengar Musik? Ini Jawabannya

Ilustrasi mendengarkan musik. Foto: Getty Images

Ikhbar.com: Sebagian orang mungkin pernah mengalami refleks menggerakkan kakinya saat mendengarkan alunan musik. Menurut penelitian dari Universitas Concordia, Amerika Serikat (AS), fenomena yang disebut sebagai groove itu merupakan respons alami tubuh.

“Fenomena tersebut nyaris dialami setiap orang meski ia tidak begitu menyukai alunan musiknya,” tulis penelitian dikutip dari Gulf News pada Sabtu, 15 Februari 2025.

Studi ini meneliti individu yang mengalami anhedonia musikal atau kondisi seseorang tidak merasakan kesenangan dari musik. Meski tidak menikmati alunan nada, mereka mengaku tetap merasakan dorongan kuat untuk bergerak mengikuti ritme.

“Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa seseorang menari atau bergoyang karena menikmati musik yang mereka dengar. Namun, penelitian ini justru membuktikan sebaliknya. Mereka yang mengalami anhedonia musikal tetap menunjukkan respons irama yang normal meskipun tidak mendapatkan kesenangan dari musik,” katanya.

Baca: Penelitian Ungkap Karyawan ke Kantor Pakai Sepeda Jarang Cuti Sakit

Hal ini menunjukkan bahwa groove atau naluri untuk mengetuk kaki, menganggukkan kepala, atau menari tidak selalu terkait dengan selera musik. Sebaliknya, ini merupakan reaksi bawaan yang dipicu sistem motorik otak.

Para peneliti menemukan bahwa ada perbedaan signifikan antara rasa suka terhadap musik dan dorongan untuk bergerak.

Responden dengan anhedonia musikal mencatat skor rendah dalam menikmati musik, tetapi tetap menunjukkan reaksi motorik terhadap irama. Hal ini membuktikan bahwa ritme merangsang bagian otak yang mengendalikan gerakan tanpa bergantung pada pusat kesenangan.

Penelitian ini juga mengungkap bahwa otak memproses ritme dan kenikmatan musik di area yang berbeda. Dua bagian utama yang berperan dalam proses ini adalah:

1. Dorsal striatum

Istilah ini kerap disebut sebagai pusat pergerakan. Bagian otak ini mengatur kontrol motorik dan kebiasaan. Insting ini akan aktif ketika seseorang mengetukkan kaki, menganggukkan kepala, atau menari mengikuti musik.

Penelitian menunjukkan bahwa groove lebih banyak dipengaruhi dorsal striatum. Hal itu membuatnya menjadi respons otomatis, bukan sesuatu yang bergantung pada kesenangan dari musik itu sendiri.

2. Ventral striatum

Istilah ini bisa diartikan sebagai pusat kesukaan dan penghargaan. Pada titik ini, seseorang akan bertanggung jawab atas perasaan senang dan sistem penghargaan.

Selain itu, kondisi ini akan mengatur motivasi, emosi, dan respons seseorang terhadap pengalaman yang menyenangkan. Saat mendengar musik yang disukai, bagian ini melepaskan dopamin yang menciptakan perasaan bahagia.

Karena kedua wilayah ini bekerja secara terpisah, seseorang yang tidak menikmati musik tetap dapat bergerak mengikuti irama karena striatum dorsal mereka tetap aktif.

Baca: Musik Bantu Tahan Rasa Sakit dan Percepat Penyembuhan Operasi

Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana otak dan tubuh merespons musik. Seseorang mungkin tidak menyukai sebuah lagu, tetapi tubuhnya tetap akan bereaksi terhadap ketukannya. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang secara naluriah mengetukkan kaki saat mendengar musik di pusat perbelanjaan, acara, atau bahkan saat mereka tidak benar-benar memperhatikan iramanya.

Temuan ini juga membuka kemungkinan bahwa gerakan itu sendiri bisa menjadi sumber kesenangan, terlepas dari apakah musiknya dinikmati atau tidak. Bisa jadi, menari atau bergerak mengikuti irama merupakan cara otak memberikan imbalan tersendiri, bahkan dalam situasi di mana musiknya tidak memicu rasa senang.

“Jadi, jika suatu saat tubuh tiba-tiba bergoyang atau kaki mengetuk tanpa sadar mengikuti irama, itu bukan sekadar kebiasaan, melainkan reaksi alami otak terhadap ritme yang tak bisa dihindari,” tulis penelitian.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.