Ikhbar.com: Pemerintah Kota Jumilla, Spanyol, memicu kontroversi setelah melarang penggunaan fasilitas olahraga umum untuk kegiatan keagamaan, yang dinilai terutama akan berdampak pada komunitas Muslim setempat.
Mengutip dari Al Jazeera, pada Sabtu, 9 Agustus 2025, Menteri Migrasi Spanyol Elma Saiz menyebut kebijakan itu “memalukan” dan mendesak agar pimpinan daerah “mengambil langkah mundur” serta meminta maaf kepada warga.
Baca: Tiga Warga Spanyol Napak Tilas Rute Klasik Haji Andalusia-Makkah
Larangan ini disahkan pekan lalu wali kota dari Partai Rakyat (PP) yang berhaluan tengah-kanan, berdasarkan usulan awal partai sayap kanan Vox.
Aturan tersebut melarang penggunaan fasilitas olahraga untuk kegiatan “budaya, sosial, atau keagamaan yang asing bagi identitas kota”, termasuk perayaan Idulfitri dan Iduladha yang selama ini digelar di lokasi itu.
Mohamed El Ghaidouni dari Union of Islamic Communities of Spain menilai kebijakan ini sebagai “Islamofobia terinstitusionalisasi” dan bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama yang dilindungi konstitusi.
Baca: 20 Negara Eropa dan Arab Kumpul di Spanyol, Bahas Sanksi Israel
Utusan khusus PBB untuk memerangi Islamofobia, Miguel Moratinos, juga menyatakan “terkejut” dan memperingatkan bahwa kebijakan yang menargetkan satu komunitas dapat mengancam kohesi sosial.
Langkah ini terjadi di tengah meningkatnya retorika anti-imigran di sejumlah wilayah Spanyol, termasuk bentrokan bulan lalu di wilayah Murcia, serta mengikuti tren serupa di kota-kota Eropa lain yang memberlakukan pembatasan terhadap kegiatan keagamaan minoritas.