Ikhbar.com: Masjid Syarif Abdurachman menjadi saksi sejarah dan ikatan batin yang panjang bagi Jenderal TNI Purnawirawan Prof. Dr. H. Dudung Abdurachman. Dalam kesempatan Riyanto Award 2025, ia mengulas asal-usul pendirian masjid tersebut sekaligus perjalanan personal yang melatarbelakanginya, menegaskan peran masjid sebagai pusat spiritual, pendidikan, dan kebudayaan di Cirebon.
Dalam acara yang digawangi Pengurus Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor itu, Jenderal Dudung mengenang masa kecilnya yang kerap diajak orang tua dari Bandung ke Cirebon sejak usia dini. Ia menyebut, setiap malam Jumat ayahnya rutin membawanya berziarah ke kawasan Gunung Sembung.
“Ketika saya berusia 11 tahun, saya bertanya kepada ayah saya kenapa sering dibawa ke sini. Beliau menjelaskan bahwa saya adalah keturunan Keraton Kanoman dari Syarif Hidayatullah,” kata Jenderal Dudung, Selasa, 23 Desember 2025 di halaman Masjid Syarif Abdurachman, Kompleks Makam Sunan Gunung Jati.
Ia melanjutkan, ayahnya yang berasal dari Pecilon Cideng, Cirebon, wafat pada 1981 saat dirinya berusia 12 tahun. Sejak itu, ia mengaku tidak lagi mengunjungi kawasan tersebut hingga melewati masa remaja dan pendidikan di Bandung, sebelum akhirnya masuk Akademi Militer dan menapaki karier sebagai perwira TNI.
Perjalanan batin itu kembali bersemi ketika Dudung berpangkat Kapten dan kembali ke Gunung Sembung. Saat itu, ia menyadari belum terdapat masjid besar yang representatif di lokasi tersebut. Dari pengalaman tersebut, lahirlah sebuah nazar.
Baca: Ketum Ansor Ungkap Alasan Riyanto Award 2025 Digelar di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati
“Jika kelak saya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, saya akan membangun Masjid Syarif Abdurachman,” tuturnya.

Nazar tersebut terwujud ketika ia menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Pada dua pekan pertama masa jabatannya, Dudung meninjau lahan milik Korem seluas sekitar empat hektare yang kemudian diputuskan sebagai lokasi pembangunan masjid.
Penamaan masjid, lanjut Dudung, memiliki makna historis dan personal. Nama Syarif Abdurachman diambil dari Syarif Abdurrahman, paman Syarif Hidayatullah, yang merupakan leluhur keturunan Keraton Kanoman. Sementara itu, unsur “Abdurachman” juga merepresentasikan namanya sendiri.
Selain menuturkan sejarah pendirian, Dudung menjelaskan filosofi arsitektur masjid yang memiliki tiga trap. Ketiganya melambangkan Islam, iman, dan ihsan atau syariat, akidah, dan akhlak sebagai satu kesatuan nilai yang harus dihidupkan dalam kehidupan umat.
“Filosofi ini menjadi dasar agar masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga membentuk karakter dan akhlak masyarakat,” ujarnya.
Kehadiran berbagai elemen masyarakat dan tokoh lokal dalam acara Riyanto Award 2025 menegaskan posisi Masjid Syarif Abdurachman sebagai simbol penting spiritualitas, pendidikan, dan kebudayaan di Cirebon. Masjid ini diharapkan terus menjadi ruang pemersatu sekaligus penguat nilai-nilai keislaman yang membumi.