Ikhbar.com: Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H. Penetapan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang menjadi acuan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti mengatakan, umur bulan Syakban 1444 H adalah 30 hari atau bertepatan dengan 22 Maret 2023. Ijtimak terjadi pada pukul 00:25:41 WIB. Hilal sudah wujud saat matahari terbenam di Yogyakarta dan pada saat itu bulan berada di atas ufuk di seluruh wilayah Indonesia.
Kemudian, pada 29 Ramadan atau bertepatan dengan 20 April 2023 M, ijtimak jelang Syawal 1444 H terjadi pada pukul 11:15:06 WIB. Hilal sudah wujud ketika Matahari terbenam di Yogyakarta dan pada saat itu bulan berada di atas ufuk di seluruh wilayah Indonesia.
Lalu, pada 29 Zulkaidah 1444 H atau bertepatan dengan 18 Juni 2023 ijtimak jelang Zulhijah 1444 H terjadi pukul 11:39:47 WIB. Hilal sudah wujud ketika matahari terbenam di Yogyakarta dan pada saat itu bulan berada di atas ufuk di seluruh wilayah Indonesia.
“Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan: satu, 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023; kedua, 1 Syawal jatuh pada hari Jumat Pahing, 21 April 2023; ketiga, 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023,” ucap Sayuti, saat membacakan Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab, Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin, 6 Februari 2023.
Dengan demikian, jadwal puasa Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha 2023 Muhammadiyah, termasuk puasa Arafah 2023 adalah sebagai berikut:
Awal Ramadan 2023: Kamis, 23 Maret 2023
Idulfitri: Jumat, 21 April 2023
Puasa Arafah: Selasa, 27 Juni 2023
Iduladha: Rabu, 28 Juni 2023
Sementara itu, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar menyebut, kemungkinan puasa Ramadan 2023 akan berlangsung serentak di seluruh wilayah Indonesia.
“Untuk Ramadan besok, menurut perhitungan di atas kertas Insyaallah sama di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Syamsul mengatakan, potensi perbedaan terjadi pada awal Syawal dan Zulhijah 1444 H. Ia mengatakan, posisi hilal menurut kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang menjadi pedoman Kemenag, belum terpenuhi untuk dapat dilihat.
“Karena belum dapat dilihat, maka menurut kriteria MABIMS keesokan harinya belum terpenuhi syarat memasuki bulan baru,” urai Syamsul.
“Sedangkan menurut syarat kriteria wujudul hilal yang tidak berpatokan kepada penampakan yaitu tidak terlihat dan terlihatnya maka keesokan harinya sudah dianggap masuk bulan baru yaitu untuk 1 Syawal (jatuh pada) 21 April 2023,” imbuhnya.
“Muhammadiyah menetapkan awal bulan kamariah termasuk Ramadan, Syawal, dan Zulhijah tidak berdasar penampakan. Melainkan berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit, yaitu Matahari, Bumi, dan Bulan. Jadi posisinya, bukan nampak dan tidaknya, “ucap Syamsul.