Ikhbar.com: Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Dr. Mira Irmawati SpA(K) meminta kepada orang tua untuk terus memantau penggunaan gawai atau HP terhadap anak. Pasalnya, jika hal itu lalai maka bisa memperlambat perkembangan.
“Jangan berikan gawai kepada anak hingga usia 2 tahun. Pada usia 2 hingga 5 tahun, barulah anak boleh menggunakan gawai. Meski demikian, penggunaannya harus dalam waktu yang sangat terbatas, yaitu tidak lebih dari 1 jam per hari,” ujar Mira dikutip dari laman Unair pada Sabtu, 11 Mei 2024.
Dengan membatasi penggunaan gawai, Mira berharap para orang tua mengisi masa perkembangan dengan kasih sayang dan stimulus yang mendukung keterampilan. Hal tersebut sangat penting untuk mencapai aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi pondasi awal bagi kehidupan anak.
Imbauan tersebut bukan tanpa alasan. Menurut Mira, hingga umur 2 tahun, pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat. Bahkan, otak anak umur 2 tahun sudah mencapai 60-80% seperti otak orang dewasa.
Baca: Populasi Anak-anak di Jepang Terus Menyusut
“Pemantauan terhadap pertumbuhan anak meliputi berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala. Panduan pengukuran dan ukuran ideal telah tertera pada Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),” jelas dia.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada para orang tua untuk senantiasa membaca dan memperhatikan panduan tersebut dalam pemantauan tumbuh kembang anak.
Selain aspek pertumbuhan, jelas dia, orang tua juga perlu melakukan pemantauan terhadap aspek perkembangan anak. Aspek tersebut meliputi kemampuan motorik (tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, memegang, dan menulis), kemampuan sosial (mengenali orang dan bergaul), serta kemampuan bicara dan berbahasa (mengoceh, berbicara, bercerita, serta memahami lawan bicara).
Mira mengaku kerap menjumpai orang tua yang mengeluh ketika memiliki anak yang mengalami keterlambatan dalam beberapa aspek perkembangan.
“Tidak jarang orang tua tersebut kebingungan bahkan berspekulasi buruk terkait penyebab keterlambatan tersebut. Padahal, seharusnya para orang tua kembali melihat ke akar permasalahannya, yaitu kenormalan pertumbuhan anak,” katanya.
Mira menjelaskan, jika terdapat masalah pada aspek perkembangan, maka sebaiknya orang tua memperhatikan apakah aspek pertumbuhan anak telah terpenuhi seluruhnya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya keseimbangan nutrisi dan stimulasi pada anak.
Di sisi lain, Mira mengatakan bahwa nutrisi mengambil peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan anak. Menurutnya, nutrisi sangat mendukung perkembangan fisik, seperti pembentukan tulang, otot, dan jaringan tubuh lainnya.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh juga memerlukan asupan nutrisi yang cukup untuk melawan penyakit dan infeksi. Di samping itu, nutrisi mempunyai peran utama sebagai pemberi energi agar anak mampu beraktivitas secara maksimal dalam masa perkembangan.
Selain energi, anak memerlukan stimulus untuk berkembang. Umumnya, stimulus berupa rangsangan agar anak mencapai kemampuan-kemampuan dalam aspek perkembangan. Misalnya, anak memerlukan stimulus berupa komunikasi dua arah untuk merangsang kemampuan sosial dan berbahasa.
Namun, Mira menyayangkan bahwa perkembangan digital telah mengurangi stimulus tersebut dari beberapa orang tua. Dalam mengasuh, beberapa orang tua kerap kali menyodorkan gawai pada anak.
“Memang benar, solusi mudahnya, ya, berikan saja HP sebagai hiburan bagi anak. Pasti anak senang dan tidak rewel. Namun, ingat bahwa handphone itu tidak memberi stimulus apapun karena hanya komunikasi 1 arah. Anak itu justru perlu bermain dan mengobrol bersama bapak ibu,“ tandasnya.