Hati-hati! Kebiasaan Nonton Drakor Maraton Bisa Ganggu Kesehatan

Ilustrasi nonton drakor. Foto: Pexels

Ikhbar.com: Menonton drama Korea (drakor) secara maraton hingga larut malam memang mengasyikkan, terutama saat alur cerita semakin menarik dan penuh kejutan. Namun, kebiasaan ini bisa berdampak negatif bagi kesehatan, baik fisik maupun mental.

Wakil Kepala Departemen Psikiatri di Rumah Sakit Sir Ganga Ram, India, Dr. Rajiv Mehta mengingatkan bahwa kemudahan mengakses tayangan di platform digital membuat banyak orang sulit mengontrol diri. Menonton satu episode sering kali berlanjut menjadi dua, tiga, atau bahkan satu musim penuh dalam semalam.

“Tayangan-tayangan ini sengaja dibuat dengan akhir yang menggantung, membuat penonton penasaran dan terdorong untuk terus menonton tanpa henti, terutama karena episode berikutnya tersedia dengan mudah,” jelas Dr. Mehta, dikutip dari Hindustan Times pada Sabtu, 8 Februari 2025.

Baca: Sakit Fisik dan Mental tak Layak Dibeda-bedakan, Kata Penelitian

Ia menambahkan bahwa menonton secara maraton memicu pelepasan dopamin secara terus-menerus, yang memberikan rasa senang dan membuat kebiasaan ini semakin sulit dihentikan.

Menurutnya, banyak orang menggunakan aktivitas ini sebagai pelarian dari stres, kebosanan, atau masalah pribadi. Beberapa juga menonton demi mengikuti tren atau tekanan sosial dari lingkungan sekitar.

Namun, kebiasaan ini dapat menimbulkan dampak negatif jika dilakukan secara berlebihan. Menurut Dr. Mehta, binge-watching dapat dikategorikan sebagai bentuk kecanduan jangka pendek yang berpengaruh pada kehidupan pribadi, sosial, dan pekerjaan.

“Dampaknya bergantung pada seberapa lama, sering, dan intensitas seseorang menonton secara maraton. Kebiasaan ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius, menghambat interaksi sosial, bahkan menurunkan produktivitas kerja,” ujarnya.

Salah satu risiko terbesar adalah gangguan tidur akibat begadang. Pola tidur yang terganggu bisa memicu kelelahan, menurunkan konsentrasi, serta meningkatkan risiko kecelakaan dan performa kerja yang buruk. Selain itu, menonton dalam waktu lama juga membuat seseorang lebih banyak duduk diam, mengurangi aktivitas fisik yang penting bagi kesehatan tubuh.

“Kurangnya aktivitas fisik akibat binge-watching bisa menyebabkan obesitas, nyeri sendi, bahkan meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung,” kata Dr. Mehta.

Dampak buruk lainnya adalah gangguan dalam hubungan sosial dan keluarga. Kebiasaan menghabiskan waktu sendirian di depan layar bisa menyebabkan seseorang menjadi lebih tertutup, mengurangi interaksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Bahkan, dalam kasus tertentu, bisa memicu perasaan kesepian dan meningkatkan risiko gangguan kecemasan serta depresi. Dengan berbagai dampak negatif ini, Dr. Mehta menyarankan agar masyarakat lebih bijak dalam mengatur waktu menonton.

“Menonton memang menyenangkan, tetapi harus tetap ada keseimbangan agar tidak mengorbankan kesehatan fisik dan mental,” pungkasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.