Guru Lebih Canggih dari AI, Kata Kemenag

Ilustrasi guru dan AI. Foto: Dok. Unesa

Ikhbar.com: Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan bahwa peran guru tak akan tergeser oleh Artificial Intelligence (AI) alias kecanggihan kecerdasan buatan. Di tengah wacana global yang menyebut profesi guru akan digantikan teknologi dalam satu dekade mendatang, Kemenag menyatakan bahwa guru justru memiliki keunggulan yang tak bisa ditiru mesin.

Hal ini disampaikan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Thobib Al Asyhar pada Senin, 28 April 2025 di Jakarta. Ia menilai bahwa keberadaan guru tetap sangat krusial dalam pembentukan karakter peserta didik, sekaligus menjadi penggerak utama dalam proses pendidikan yang holistik.

“Guru tidak akan punah. Di tengah masifnya perkembangan AI, justru guru semakin dibutuhkan untuk mendampingi anak-anak dalam membangun karakter dan memaksimalkan potensi belajar mereka,” ujar Thobib.

Baca: Pemerintah Setop Program Inpassing Guru, Ini Alasannya

Thobib menegaskan, kecerdasan buatan harus diposisikan sebagai alat bantu pembelajaran, bukan sebagai pengganti tenaga pendidik. Menurutnya, guru yang mampu menguasai dan memanfaatkan AI secara tepat akan lebih unggul dan adaptif dalam menyampaikan materi serta membangun interaksi dengan siswa.

“AI hanya tools. Yang membentuk jiwa anak-anak tetaplah guru. Maka, guru yang mau belajar dan berinovasi akan menjadi fasilitator yang efektif dan kreatif dalam proses belajar-mengajar,” katanya.

Selain penguasaan teknologi, Thobib juga menyoroti pentingnya peningkatan kompetensi guru, terutama dalam membina karakter siswa. Ia menyebutkan bahwa guru masa kini harus mampu menjadi pembimbing yang memahami fitrah belajar siswa dan mengarahkannya secara bijak.

“Kompetensi pedagogik saja tidak cukup. Guru harus memiliki kemampuan untuk mendampingi dan membentuk pribadi siswa agar tumbuh utuh secara mental, spiritual, dan intelektual,” jelasnya.

Thobib menekankan, salah satu peran strategis guru yang tidak bisa digantikan AI adalah kemampuan menanamkan nilai-nilai luhur kepada peserta didik. Ia menyebut guru sebagai sosok yang membentuk cara pandang, sikap, dan perilaku beragama anak-anak.

“Guru harus menjadi penanam nilai yang membentuk ketaatan kepada Allah, bukan sekadar pengajar pelajaran. Ini kekuatan utama yang tidak bisa diprogram oleh mesin,” tandasnya.

Dengan berbagai kemampuan dan fungsi tersebut, Thobib yakin bahwa profesi guru akan tetap relevan, bahkan semakin dibutuhkan untuk menghadapi era digital dan tantangan generasi mendatang.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.