Ikhbar.com: Generasi Z (Gen Z) menjadi kelompok usia yang paling cepat cemas ketika daya baterai ponsel mulai menurun, bahkan jauh sebelum peringatan baterai lemah muncul di layar.
Sebuah studi terbaru dari Talker Research mengungkap, kecemasan terhadap baterai ponsel yang mulai habis paling banyak dialami Gen Z. Berdasarkan hasil survei terhadap 2.000 responden di Amerika Serikat (AS), generasi ini mulai merasa tidak nyaman sejak baterai menyentuh angka 44%.
Artinya, ketenangan mereka mulai goyah meski ponsel belum menunjukkan notifikasi daya rendah yang umumnya muncul saat baterai berada di kisaran 20%. Kecemasan ini tercatat sebagai yang paling tinggi dibanding kelompok usia lain.
Baca: Beda Gaya Gen Z dan Gen X Pakai THR
Generasi Milenial berada di posisi kedua dalam daftar tersebut. Mereka mengaku mulai merasa waswas saat baterai turun ke angka 43%. Meskipun selisihnya tipis, namun tetap menunjukkan adanya kepanikan yang muncul sebelum ponsel benar-benar kehabisan daya.
Sementara itu, generasi X mulai terpicu untuk mengecek charger saat baterai menyentuh 38%. Mereka terlihat sedikit lebih santai dibanding dua generasi sebelumnya.
Di sisi lain, Baby Boomers alias generasi tertua dalam survei menunjukkan tingkat kepanikan paling rendah. Mereka baru benar-benar merasa perlu mengisi daya saat angka di layar menunjukkan 34%.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kecemasan terhadap daya ponsel sangat berkaitan dengan usia pengguna. Semakin muda usia pengguna, semakin tinggi tingkat kepanikan yang dirasakan ketika baterai mulai menipis.
“Faktor usia berperan besar dalam cara seseorang merespons kondisi baterai. Orang yang lebih muda cenderung merasa lebih gelisah saat baterai belum benar-benar habis, sementara yang lebih tua jauh lebih tenang,” tulis para peneliti dikutip dari laman Study Finds, pada Sabtu, 12 April 2025.
Penelitian ini juga menelusuri bagaimana kebiasaan pengguna dalam memantau daya baterai mereka. Sebanyak 61% responden mengaku lebih nyaman jika bisa melihat angka persentase baterai secara langsung di layar ponsel. Sebaliknya, 39% lainnya hanya mengandalkan ikon baterai tanpa angka.
Preferensi ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna menginginkan informasi daya yang akurat dan terukur, bukan sekadar indikator visual. Ini pun menjadi pertimbangan penting bagi para produsen teknologi.
Hasil survei ini bisa menjadi masukan berharga bagi pengembang perangkat keras dan lunak. Dengan memahami bahwa Gen Z merasa panik sejak baterai tinggal 44%, produsen dapat merancang sistem peringatan daya yang lebih adaptif, fitur hemat baterai yang lebih canggih, dan bahkan mempertimbangkan penyediaan charging station di ruang-ruang publik yang banyak diakses kalangan muda.