Curi ‘Kesempatan dalam Kesempitan,’ Israel Caplok Tanah Suriah saat Al-Assad Digulingkan

Seorang tentara Israel berdiri di atas tank di dekat garis gencatan senjata antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan. REUTERS/Shir Torem.

Ikhbar.com: Israel mengambil alih wilayah di Dataran Tinggi Golan yang sebelumnya dikuasai Suriah. Militer Zionis memerintahkan warga di lima desa di sekitaran wilayah tersebut agar tetap tinggal di rumah dan tidak melakukan perlawanan demi keamanan mereka.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menjelaskan bahwa pasukannya diberi perintah untuk mengambil alih zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang dibentuk berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974. Langkah ini dilakukan setelah pasukan oposisi Suriah dengan cepat berhasil menggulingkan pemerintahan Bashar Al-Assad.

Netanyahu menyebut perjanjian lama itu sudah tidak berlaku lagi karena tentara Suriah meninggalkan posisi mereka.

“Kami tidak akan membiarkan musuh membangun kekuatan di perbatasan kami,” ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 10 Desember 2024.

Baca: Bashar Al-Assad Digulingkan dari Kursi Presiden, Apa yang Terjadi di Suriah?

Sebelumnya, Israel juga telah merebut sebagian Dataran Tinggi Golan dalam perang di tahun 1967. Hingga kini, masyarakat internasional, kecuali Amerika Serikat (AS), tetap menganggap wilayah itu sebagai bagian dari Negara Suriah.

Setelah pernyataan Netanyahu, militer Israel memperingatkan warga di Desa Ofaniya, Quneitra, Al-Hamidiyah, Samdaniya Al-Gharbiyya, dan Al-Qahtaniyah agar berhati-hati.

“Pertempuran di sekitar wilayah Anda memaksa kami untuk bertindak, tetapi kami tidak berniat melukai warga,” klaim juru bicara militer Israel, Kolonel Avichay Adraee.

Sementara itu, kawasan pertanian di wilayah Golan yang dikuasai Israel dinyatakan sebagai zona militer tertutup. Beberapa sekolah juga beralih ke pembelajaran daring sebagai langkah antisipasi.

Di Suriah, ribuan orang turun ke jalan di Damaskus merayakan keberhasilan oposisi menggulingkan pemerintahan keluarga Al-Assad setelah 50 tahun berkuasa. Perayaan itu diwarnai dengan tembakan perayaan dan pengibaran bendera revolusi Suriah, mengingatkan pada awal kebangkitan Arab Spring.

Netanyahu menyebut jatuhnya Al-Assad sebagai hari bersejarah karena mendukung tujuan Israel yang sebelumnya juga telah menyerang pendukung Al-Assad seperti Iran dan Hizbullah.

Jurnalis Al Jazeera, Zein Basravi melaporkan dari perbatasan Lebanon-Suriah bahwa Israel memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat posisinya.

“Ini jelas menguntungkan militer dan pemerintah Israel. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan: tetangga yang lebih lemah sehingga mereka dapat mengatur agenda regional mereka,” katanya.

Baca: Korban Tewas di Gaza hampir Sentuh 44.500 Jiwa

Di sisi lain, media Israel melaporkan serangan udara terhadap depot senjata di Suriah Selatan dan Damaskus dilakukan guna mencegahnya jatuh ke tangan kelompok oposisi.

“Kami menyerang gudang senjata di Suriah Selatan dan dekat bandara Damaskus untuk mencegah senjata tersebut digunakan oleh kelompok bersenjata,” kata seorang pejabat keamanan Israel.

Selain itu, dua sumber keamanan menyebutkan serangan Israel juga menghantam kompleks keamanan di Kafr Sousa, Damaskus. Serangan ini membuat wilayah tersebut dikelilingi api dan asap tebal.

Militer Israel tidak memberikan komentar resmi mengenai laporan serangan tersebut. Selama perang Suriah berlangsung, Israel memang sering menyerang fasilitas militer dan senjata untuk mencegah senjata canggih jatuh ke tangan Hizbullah atau kelompok bersenjata yang didukung Iran.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.