Ikhbar.com: Bentrok antara Suni dan Syiah kembali meletus di Pakistan. Insiden yang terjadi di distrik Kurram, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa itu menewaskan 133 orang.
Konflik Suni dan Syiah memang tengah mencuat di Pakistan dalam beberapa waktu terakhir. Sebelumnya, sekitar satu setengah minggu yang lalu konflik serupa juga telah menewaskan 32 orang.
Dikutip dari Reuters, konflik Suni-Syiah terbaru ini mengakibatkan jalan raya utama yang menghubungkan kota utama Kurram, Parachinar dengan ibu kota provinsi Peshawar telah dikunci (lockdown). Kondisi ini membuat wilayah tersebut terisolasi.
Di sisi lain, akses yang terkunci tersebut membuat evakuasi para korban yang terluka mengalami kesulitan untuk dilarikan ke rumah sakit.
Baca: Kerusuhan Sunni vs Syiah Kembali Meletus di Pakistan, Puluhan Orang Tewas
Salah satu staf medis di rumah sakit distrik Parachinar, Dr. Syed Mir Hassan mengatakan bahwa konflik tersebut membuatnya bekerja sepanjang waktu untuk melakukan operasi.
“Hal itu terkait tantangan dalam merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih besar di Peshawar dan tempat lain,” katanya dikutip dari Reuters pada Senin, 2 Desember 2024.
Ia menambahkan, pihaknya saat ini tengah merawat sekitar 100 pasien yang terluka. Hingga kini, rumah sakit telah menerima 50 jenazah selama kekerasan tersebut.
Di Pakistan, Muslim penganut ajaran Suni memang mendominasi dengan jumlah 240 orang. Sementara 15% sisanya memilih aliran Syiah. Keduanya memiliki sejarah permusuhan sektarian.
Meskipun kedua kelompok tersebut umumnya hidup bersama dengan damai, ketegangan telah terjadi selama beberapa dekade di beberapa daerah, terutama di tempat-tempat seperti Kurram, yang menjadi konsentrasi masyarakat Syiah karena menjadi mayoritas.
Kurram, yang berlokasi dekat perbatasan dengan Afghanistan, telah menjadi titik api ketegangan sektarian selama beberapa dekade. Ketegangan tersebut meluas menjadi gelombang serangan baru bulan lalu ketika bentrokan antara penganut Sunni dan Syiah menewaskan puluhan orang.
Kepala Menteri Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Ali Amin Khan Gandapur mengatakan bahwa Pemerintah distrik dan otoritas terkait lainnya telah memulai upaya untuk menghentikan pertikaian antara kedua komunitas tersebut.
“Tetapi upaya tersebut hingga saat ini belum ada terobosan. Siapa pun yang mengangkat senjata akan diperlakukan sebagai teroris, dan nasib mereka akan menjadi teroris,” tegasnya.