Ikhbar.com: Radikalisme merupakan puncak keterpaparan seseorang atas pemahaman keagamaan yang tekstualis dan sarat kekerasan. Sebelumnya, ada empat tahapan lain yang bisa diamati sebagai penanda dari seseorang yang memiliki kecenderungan serupa.
Demikian disampaikan Pemimpin Redaksi Ikhbar.com, Ustaz Sofhal Adnan saat menyajikan materi “Strategi Syiar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Ranah Digital” dalam acara Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) Pengurus Komisariat (PK) PMII Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika (STMIK) IKMI Cirebon, pada Sabtu, 4 November 2023 lalu.
“Empat tahapan yang dimaksud adalah pra-radikalisasi, identifikasi diri, indoktrinasi, dan jihadisasi,” katanya.
Dia menjelaskan, pra-radikalisasi merupakan masa ketika seseorang masih bisa menjalani aktivitas dan rutinitas sebagaimana mestinya.
“Fase ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi yang sama untuk terpapar virus radikalisme,” ujar dia.
Fase berikutnya, yakni identifikasi diri terjadi ketika seseorang mulai mengelompokkan diri dan memiliki kecenderungan terhadap komunitas maupun pemikiran yang bernuansa radikal.
“Setelah itu, ada fase indoktrinasi, yakni ketika seseorang kian mengintensifkan dan memfokuskan kepercayaan terhadap gerakan yang akan diambil,” katanya.
Lalu, pada fase keempat, yaitu jihadisasi, akan mendorong seseorang untuk
melaksanakan aksi atau tindakan atas keyakinannya yang dianggap sebagai bentuk jihad.
Menurut Sofhal, tiga fase pertama merupakan masa-masa rentan karena belum bisa dilakukan penindakan atau intervensi hukum baik dari pihak Densus 88 Anti Teror Mabes Polri maupun penegak hukum lainnya.
“Hal ini tentunya menjadi plot hole (celah) tersebarnya radikalisme di media sosial (medsos),” jelas dia.
Baca: Ketum PB PMII Ajak Santri Jihad Digital Perangi Hoaks
Oleh karena itu, ia mengajak kader dan anggota PMII untuk getol menyebarkan konten Islam ramah di ranah digital. Dengan demikian, diharapkan konten berbau radikalisme bisa dibendung.
“Silakan kader-kader PMII untuk mewarnai jagat media sosial dengan konten yang rahmatan lil ‘alamin. Caranya, buat dulu tulisan atau skrip yang bagus sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), kemudian dapat dituangkan ke poster atau infografis dan juga dalam bentuk video,” tandasnya.