Ikhbar.com: Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari, Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur akan menjadi tuan rumah Bahtsul Masail Nasional pada 19 – 20 Desember 2024. Salah satu fokus pembahasan pada forum tersebut adalah fenomena bullying atau perundungan di Pesantren.
Kegiatan yang dimotori Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur itu sekaligus dalam rangka memperingati Haul Ke-15 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Sekretaris LBM PWNU Jatim, KH Ahmad Roziqi menjelaskan, peserta yang akan hadir dalam forum Bahtsul Masail merupakan delegasi dari pondok pesantren berskala nasional.
“Selain itu, kegiatan ini juga akan dihadiri dari perwakilan mahasantri Mahad Aly terundang,” ujar Kiai Roziqi dikutip dari Antara pada Selasa, 10 Desember 2024.
Baca: 60% Pelajar Muslim di New York Jadi Korban Bullying
Ia menjelaskan, selain bullying di pesantren dan sekolah, Bahtsul Masail juga akan membahas stunting akibat pernikahan dini, dan kegiatan berkedok proposal.
“Selain itu, juga akan membahas polemik pernyataan calon Wakil Gubernur pada Pilkada Jakarta 2024 Suswono terkait Penista Agama, dan Tangerang mencekam akibat diamuk massa setelah truk tabrak bocah,” kata sosok yang juga Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim itu.
Ia menegaskan bahwa pembahasan bullying dalam forum Bahtsul Masail sangat penting dilaksanakan. Pasalnya, kasus perundungan di bangku sekolah mengalami peningkatan yang signifikan.
“Dari 30 kasus pada tahun 2023 menjadi 293 kasus pada tahun 2024, baik sifatnya kekerasan seksual, perundungan secara fisik maupun verbal,” katanya.
Ia menambahkan, pesantren yang digaung-gaungkan sebagai lembaga pengasuhan moral pun tidak luput dari kasus perundungan. Di pesantren, terutama pesantren yang masih kental dengan senioritas, sering kali terjadi perundungan dari kakak kelas kepada adik kelas, mulai dari verbal sampai pada fisik.
Selain itu, kata dia, akhir-akhir ini juga banyak media yang memberitakan guru-guru yang dilaporkan ke polisi karena dianggap melakukan kekerasan fisik, padahal guru tersebut hanya mencubit muridnya saja.
“Mereka dipidanakan dengan UU perlindungan anak. Guru semakin dilema antara tanggung jawab mendisiplinkan murid dan bayang-bayang pidana. Nanti, kami akan membahas, bagaimana hukum pengurus yang menormalisasi perundungan yang terjadi kepada para santri ? Apakah dia juga ikut bertanggung jawab apabila perundungan tersebut berakhir kepada kematian ?,” ujar dia.
Khusus bahtsul masail, ulama Mushohih (Seseorang yg mempunyai keilmuan yang luas sehingga dijadikan sebagai pedoman hasil dari diskusi) dan perumus adalah KH Muhlis Dimyathi (Mushohih/LBM PWNU Jatim/Jombang), KH Muhibbul Aman Aly (Rois Syuriah PBNU/Mushahih LBM PBNU/Pasuruan), Kiai Mahfuz Aly Amari Sya’rani (Perumus/Jombang), Kiai Shofiyul Muhibbin (Perumus/Pasuruan/ Ketua MUI-Fatwa Pasuruan) dan Gus Arif Ridlwan Akbar (Perumus/Kediri).
Bahtsul Masail Nasional itu juga dirangkai dengan bedah majalah edisi khusus Gus Dur di Aula KH Yusuf Hasyim Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, lalu kegiatan Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) di Masjid Ulil Albab, Jombang.
Selain itu, juga ada Khotmil Qur’an di maqbarah masyayikh dan pembacaan Maulid Nabi yang disambung dengan pengajian akbar di halaman pesantren (Pesantren Tebuireng, Jombang).
Wakil Ketua PWNU Jatim yang membidangi RMI (Robitoh Ma’ahid Islamiyah/Asosiasi Pesantren NU), KH Taufiq Hasyim menegaskan, pihaknya akan sigap dalam menghadapi isu-isu negatif terhadap pesantren, termasuk pembingkaian media yang berpotensi memperburuk citra pesantren dan kasus perundungan santri.
Apalagi, jelas dia, lahirnya UU Pesantren Nomor 18 Tahun 2018 juga membuka peluang lebar bagi pesantren untuk mengembangkan pendidikan dan peran sosial keagamaannya di masyarakat. Sehingga menjadi garansi bahwa Indonesia tidak akan menjadi negara sekuler dengan posisi pesantren sebagai garda terdepan.
“Dalam halaqoh pesantren ramah santri yang diselenggarakan oleh PWNU Jatim pada Hari Santri yang lalu, banyak pihak yang mengeluhkan masih maraknya kasus perundungan santri, yang dikhawatirkan akan menurunkan animo masyarakat dalam memondokkan anaknya ke pesantren. RMI ke depan perlu merumuskan program strategis dalam mengatasi hal ini,” katanya.