Ikhbar.com: Burnout atau stres akibat keletihan mental tak lagi bisa dianggap sebagai masalah pribadi semata. Kelelahan ekstrem akibat tekanan kerja ternyata bisa menyebar ke lingkungan sekitar, mulai dari keluarga hingga rekan kerja.
Fenomena ini dikenal sebagai emotional contagion, yakni kecenderungan manusia menyerap emosi orang di sekitarnya secara tidak sadar.
Ketika satu orang merasa kewalahan atau tidak terhubung secara emosional, perasaan itu bisa menjalar, menyebabkan tim kerja kehilangan semangat atau keluarga kehilangan kehangatan.
Mentor kesehatan korporat di Dubai, Linda Harris, menjelaskan bahwa burnout bisa menciptakan efek berantai yang merusak dinamika tim dan membuat lingkungan kerja menjadi tegang dan tidak produktif.
“Kami semua lelah, bertengkar, dan tidak produktif hanya karena atasan kami sudah tidak sanggup,” ujarnya, dikutip dari Gulf News, pada Jumat, 4 April 2025
Penelitian juga membenarkan bahwa burnout dapat menular. Sebuah studi dari Journal of Applied Psychology menyebutkan bahwa kelelahan bisa menyebar di antara anggota tim akibat tekanan emosional yang dibagi bersama.
Studi lain dari European Journal of Work and Organizational Psychology mengungkapkan bahwa pemimpin yang mengalami burnout cenderung membuat karyawannya merasakannya juga.
Gejalanya bisa dilihat dari meningkatnya iritabilitas, sikap sinis, hingga rasa putus asa di tempat kerja.
Baca: Rawan Burnout, Pria di Cina Resign dan Dirikan Komunitas ‘Korban’ Kelelahan Kerja
Pakar kesehatan mental dan kesejahteraan seperti Ameya Kane dan dr. Salman Kareen mengidentifikasi beberapa penyebab utama penularan burnout, antara lain budaya kerja yang memuja lembur, meningkatnya beban kerja karena satu orang tak mampu menyelesaikan tugasnya, serta kelelahan digital akibat kerja jarak jauh.
Mereka menegaskan bahwa burnout juga bisa terjadi di lingkungan rumah, dan keluarga pun ikut terdampak.
Untuk memutus rantai kelelahan ini, kesadaran emosional adalah kunci. Individu harus mengenali gejala burnout pada diri sendiri maupun orang terdekat.
Jangan menormalisasi kelelahan dengan dalih “Saya hanya khawatir, saya baik-baik saja,” sebab bisa jadi Anda sudah ikut terpapar. Penting juga untuk membuka percakapan pribadi dengan orang yang terkena burnout, menawarkan dukungan, dan menyampaikan dampaknya secara jujur.
Langkah lain yang bisa dilakukan adalah memperjelas batas antara waktu kerja dan waktu pribadi, rutin beristirahat, serta mencari kegiatan relaksasi bersama.
Baca: Tafsir QS. At-Taubah Ayat 105: Keseimbangan Hidup dalam Islam, Kritik Budaya ‘Gila Kerja’ ala Jepang
Selain itu, perlunya refleksi atas dorongan untuk selalu sempurna atau menyenangkan semua orang. Kebiasaan ini bisa menjadi sumber kelelahan kronis. .
Di lingkungan kerja, menciptakan budaya aman secara psikologis menjadi penting. Pemimpin harus menjadi teladan dalam menerapkan keseimbangan hidup dan kerja.
Beban kerja juga perlu dibagi secara adil agar tidak menumpuk pada individu tertentu. Dengan mengenali dan menangani burnout secara kolektif, kita bisa mencegahnya menyebar dan menjaga kesehatan mental bersama.