Ikhbar.com: Ratusan ribu anak-anak di Palestina terkena dampak langsung serangan Israel di Jalur Gaza. Mereka harus turut merasakan hidup serba terbatas di pengungsian, mengalami luka-luka, hingga tewas terkena ledakan maupun reruntuhan bangunan.
Organisasi independen advokasi hak asasi manusia (HAM) di wilayah pendudukan dan pengungsian, Euro-Mediterania Human Rights Monitor menyebutkan, sebanyak 24.000 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat serangan Israel. Sementara itu, sekitar 18.000 dari mereka mengalami luka-luka hingga dalam keadaan kritis.
“Karena blokade yang diberlakukan oleh Israel di wilayah pesisir, anak-anak juga menghadapi kemungkinan kelaparan, khususnya di bagian utara Gaza,” tulis mereka, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Ahad, 17 Desember 2023.
Baca: Update dari Gaza: Korban Tewas Warga Palestina Capai 18.894 Orang
Korban tewas anak
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan, selama 68 hari terakhir, lebih dari 18.700 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel, termasuk di dalamnya, lebih dari 7.700 anak-anak.
“Artinya, ada satu anak Palestina terbunuh setiap 10 menit,” tulis laporan Euro-Mediterania Human Rights Monitor.
Mereka juga menyebutkan, hampir 8.000 orang hilang dan diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka dan lebih dari 50.000 orang terluka, yang sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
“Puluhan orang harus diamputasi dan ratusan lainnya menderita luka bakar parah di berbagai bagian tubuh mereka,” sambung laporan tersebut.
Baca: Membaca Data Gerakan Boikot Produk Pendukung Israel di Dunia

Seketika kehilangan keluarga
Hayat Miqbil (7), bocah asal Karameh yang kini masih menjadi pasien di Rumah Sakit (RS) Martir Al-Aqsa Deir el-Balah menceritakan peristiwa mengerikan terkait pengeboman Israel yang menyasar rumah keluarganya.
“Ketika Israel mengebom kami, suaranya sangat menakutkan. Ibu, kakek, paman, dan sepupu saya, Hamoud dan Uday, semuanya terbunuh,” katanya.
“Saya pun mengalami luka di bagian kaki. Keduanya rusak. Saya yang waktu sedang duduk di bawah jendela melihat rudal itu jatuh. Kami pikir itu menuju ke belakang rumah kami. Saya ingat seorang pria menyelamatkan saya dari bawah batu. Saat itu, kakiku terjepit,” katanya.
Korban lainnya, Mayar Abu Saad (12) mengaku sedang berada di rumah kakek bersama keluarganya ketika peristiwa nahas terjadi.
“Kami mengungsi dari Shati dan tinggal bersama kakek di Nuseirat. Saat itu, kakek mengajak anak-anak ke halaman dan membuat roti. Namun, sebuah rudal tiba-tiba menghantam rumah hingga semua orang di dalamnya tewas,” kata dia.
“Saya kehilangan ibu, ayah, bibi, dan beberapa paman. Serta sepupu dekat saya, Rital. Total ada 11 orang yang meninggal,” sambung dia.
Bocah itu menjelaskan posisinya yang sedang bermain ayunan di halaman, tiba-tiba tanpa sadar sudah berada di rumah sakit.
“Para dokter mengira saya akan mati, tapi jantung saya tetap berdetak. Mereka mengoperasi saya selama empat jam dan mengatakan saya mengalami pendarahan internal, tengkorak retak, kemudian panggul dan kedua kaki juha patah,” sesalnya.