Ikhbar.com: Amerika Serikat (AS) begitu sigap dan tegas menuding Rusia sebagai “penjahat perang” ketika negara tersebut memulai serangan ke Ukraina pada 2022 lalu. Namun, sikap itu sama sekali tidak dilakukan ketika sang anak emas, Israel membombardir Kota Gaza, Palestina, dengan dalih serangan balasan terhadap kelompok militan Hamas sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Pada konflik di Kyiv, AS dan negara Barat lainnya juga dengan cepat menjatuhkan sanksi ekonomi dan politik yang keras terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin. Tidak cukup, bantuan militer pun secara besar-besaran dikirim ke Kyiv demi membantu Ukraina dalam mempertahankan diri dari serangan Rusia.
Sayangnya, hal itu tidak berlaku ketika Israel mulai mengumumkan perang terhadap Hamas sehari setelah adanya operasi “Badai Al-Aqsa” yang dilakukan Brigade Izz ad-Din al-Qassam. AS dan sekutunya malah menganggap sumpah serapah Israel akan meluluhlantakkan Kota Gaza itu justru sebagai hak pertahanan sebuah negara.
Baca: Konflik Gaza Bongkar Kedok Kebebasan Ekspresi di Barat
Menilai tanpa kejernihan
Selain AS, negara lain yang turut membenarkan serangan udara Israel ke Jalur Gaza adalah Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Kanada.
Mereka, secara kompak mengeluarkan pernyataan, “Para pemimpin menegaskan kembali dukungan terhadap Israel dan haknya untuk mempertahankan diri dari terorisme dan menyerukan kepatuhan terhadap hukum kemanusiaan internasional, termasuk perlindungan warga sipil,” dikutip Anadolu Agency, Rabu, 8 November 2023.
AS dan sekutunya tidak jernih dalam melihat sebab sekaligus dampak yang berbeda dari dua perang tersebut. Mereka juga sepatutnya mempertimbangkan perbedaan durasi antara konflik di Gaza dan invasi Rusia ke Ukraina.
Perang Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022 (1 tahun, 8 bulan), sedangkan serangan Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 (1 bulan). Namun, invasi Rusia ke Ukraina ternyata menyebabkan jumlah korban jiwa lebih sedikit ketimbang serangan Israel ke Gaza.

Baca: Setiap 10 Menit Satu Bocah Gaza Meninggal Dunia
Perbandingan korban
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan per Selasa (7/11/2023), korban tewas warga Palestina telah mencapai 10.328 orang, bertambah lebih dari 300 orang dalam sehari.
Sementara berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perang Rusia-Ukraina menewaskan 10.000 orang hingga tanggal yang sama.
Selain itu, kematian anak-anak dalam serangan Israel di Gaza jauh lebih banyak dibandingkan dengan kematian anak-anak dalam perang di Ukraina yang tercatat lebih dari 500 anak tewas dalam setahun. Sedangkan dalam serangan Israel, sudah ada lebih dari 4.200 anak-anak yang meninggal dunia hanya dalam waktu satu bulan.