Ikhbar.com: Menjadi anak muda yang aktif di dunia organisasi bukan sekadar hadir di rapat atau mengikuti kegiatan. Bagi Ketua Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor, H. M. Abdullah Syukri, atau yang akrab disapa Gus Abe, ada modal penting yang harus dimiliki jika ingin terjun ke dunia aktivisme, apalagi di organisasi di keluagra besar Nahdlatul Ulama (NU).
Gus Abe memulai perjalanan organisasinya sejak menjadi mahasiswa di Malang hingga memimpin Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada masa pandemi Covid-19. Pengalaman tersebut membentuk pandangannya tentang apa saja yang dibutuhkan anak muda agar tetap bertahan dan memberi dampak.

Baca: Mengapa Pesantren Perlu Terhubung dengan Jaringan Global?
1. Mental tahan banting
Menurut Gus Abe, aktivisme selalu diwarnai perbedaan pendapat dan kritik, bahkan fitnah.
“Saya memilih menjawab tantangan atau ketidaksukaan orang dengan terus bergerak dan berkarya, bukan membalas dengan hal serupa,” tegasnya, dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar, bertema “Segudang Ide Gus Abe” di Ikhbar TV, dikutip pada Senin, 11 Agustus 2025.
Ia mengenang, selama memimpin PMII, dirinya menghadapi masa sulit akibat pembatasan selama pandemi. Banyak kegiatan tatap muka dibatalkan, tetapi ia mengubahnya menjadi momentum untuk menguatkan kegiatan daring.
Baca: Gus Abe: Santri Harus Kembalikan Medsos Sesuai Khitah
2. Pola pikir terbuka
Pengalaman belajar di Jerman dan berdiskusi di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS), membuat Gus Abe menyadari pentingnya keterbukaan.
“Banyak orang takut salah ketika ditantang berpikir. Padahal dari situ kita bisa membaca lagi, mencari tahu lagi, dan menemukan ide baru,” ujar sosok yang juga tercatat sebagai salah satu Tokoh Muda NU Berpengaruh Tahun 2024 versi Ikhbar.com tersebut.
Gus Abe mendorong anak muda untuk berani kreatif dalam membuat program, tanpa melupakan tujuan dan tanggung jawab.
Baca: 9 Tokoh Muda NU Paling Berpengaruh 2024 versi Ikhbar.com
3. Jaringan yang luas
Aktivisme, kata Gus Abe, bukan hanya soal ide, tetapi juga kemampuan membangun jaringan. Ia mencontohkan program GP Ansor yang menghubungkan kader dengan peluang usaha, seperti Buma Store dan jejaring bisnis internal.
“Jaringan yang kita miliki kalau hanya untuk ngumpul-ngumpul, ngopi-ngopi, sayang sekali. Kita bisa lebih dari itu,” katanya.
Bergabung dalam organisasi, terutama di lingkungan NU, membawa banyak keuntungan: akses ke mentor berpengalaman, peluang belajar lintas bidang, dan keterlibatan dalam isu-isu strategis. Bahkan, menurut pengamat organisasi, anggota aktif cenderung memiliki keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen waktu yang lebih baik dibanding mereka yang pasif.
Bagi Gus Abe, keberhasilan anak muda di dunia aktivisme bukan ditentukan oleh seberapa lama mereka terlibat, melainkan oleh kualitas kontribusinya.
“Lakukan yang terbaik di setiap kesempatan. Semua yang kita lakukan hari ini akan membentuk kita di masa depan,” pungkasnya.
Obrolan selengkapnya bisa disimak di:
Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.