Ikhbar.com: “Desember bulan Gus Dur” menjadi kata kunci yang cenderung baru, tetapi cukup dominan di dunia maya. Setidaknya ada 456 ribu hasil yang akan muncul dalam 0,29 detik setelah seseorang mengetikkan frasa tersebut di mesin pencarian internet, Google.
Kalimat tersebut tiada lain terbentuk karena banyaknya penyelenggaraan haul (peringatan wafat seorang tokoh) Presiden Ke-4 RI, KH Abdurrahman ‘Gus Dur‘ Wahid di berbagai daerah, bahkan dunia. Peringatan yang biasanya berpatokan pada tanggal wafatnya Gus Dur, yakni 30 Desember 2009, itu malah bisa terus mengular bergantian hingga menembus bulan Februari dan Maret.
Baca: Yang Sulit Diteladani dari Gus Dur
Bukan sembarang haul
Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Gusdurian, Jay Akhmad mengatakan, animo masyarakat yang begitu tinggi dalam memperingati hari mangkatnya Gus Dur itu tidak lepas dari peran dan jasa almarhum dalam menghadirkan teladan dan inspirasi bagi bangsa Indonesia.
“Oleh Jaringan Gusdurian, momentum ini bisa diistilahkan sebagai hari rayanya para pecinta Gus Dur. Di bulan Desember ini, kita memperingati hari wafat KH Abdurrahman Wahid sebagai inspirator gerakan dan perubahan,” kata Jay, dalam Hiwar Ikhbar #17 bertema “Desember Bulan Gus Dur” bersama Ikhbar.com, Sabtu, 9 Desember 2023.
Oleh karena itu, Jay menguatkan bahwa perayaan Haul Gus Dur di setiap tahunnya bukan semata-mata untuk mengenang kepergian Bapak Pluralisme tersebut. “Karena juga dijadikan seagai momentum gerakan untuk mengonsolidasikan teman-teman, elemen, tokoh, dan komunitas di berbagai daerah untuk bisa saling bertemu guna merefleksikan gagasan, nilai, dan keteladanan Gus Dur. Terutama, kaitannya dengan bagaimana Indonesia ke depan,” ungkap Jay.
Baca: Gusdurian: Tokoh Agama Harus Jadi Juru Damai Pemilu 2024
Meneladani Budaya Etika Demokrasi
Di sisi lain, Direktur Pelaksana Yayasan Bani Abdurrahman Wahid (YBAW) itu juga menegaskan bahwa istilah “Desember Bulan Gus Dur” bukan hasil inisiasi Jaringan Gusdurian yang di dalamnya terdiri dari banyak sahabat, murid, hingga para pecinta Gus Dur. Istilah itu merupakan sebentuk apresiasi dari masyarakat umum.
“Mungkin karena masyarakat melihat selama 13 tahun terakhir penyelenggaraan Haul Gus Dur di setiap Desember selalu ramai, media juga kompak memberitakan, sehingga munculah istilah itu,” kata Jay.
Jaringan Gusdurian, lanjut Jay, hanya bertugas mengorkestrasi penyelenggaraan event serupa di berbagai daerah, terutama di Ciganjur, Jakarta yang akan digelar pada 16 Desember 2023 nanti.
“Haul Ke-14 akan mengangkat tema ‘Meneladani Budaya Etika Demokrasi Gus Dur.’ Memang tema yang diangkat di tahun ini berkaitan dengan demokrasi karena berbarengan dengan pelaksanaan Pemilu 2024. Jadi, kita harus benar-benar kembali meneladani budaya etika demokrasi Gus Dur yang itu bisa dilihat dari tulisan-tulisan beliau atau sumber-sumber pemikiran beliau selama hidup,” katanya.
Menurut Jay, Haul Gus Dur tahun ini dibuka untuk umum karena sudah tidak berada dalam situasi pandemi Covid-19 seperti pada penyelenggaraan-penyelenggaraan haul sebelumnya.
“Ketua Panitia Haul Ke-14 Gus Dur, Mbak Inaya Wahid, mengundang semua masyarakat untuk bisa hadir. Acara dimulai pukul 20.00 malam. Tetapi biasanya orang-orang sudah berdatangan dari siang, bahkan pagi,” katanya.
Setelah di Ciganjur, akan ada peringatan serupa berbagai wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. “Tiap-tiap komunitas Gusdurian biasanya menyelenggarakan haul dalam bentuk rangkaian kegiatan,” ujar Jay.