Ikhbar.com: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, ada 1.936 peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia selama periode 1 Januari hingga 16 Juli 2023. Banjir masih mendominasi jumlah bencana alam di Tanah Air dengan total 709 kejadian. Jumlah ini setara 36,60% dari total kejadian bencana alam nasional pada periode tersebut.
Penulis Mantra Penolak Bencana (2023), Agung Firmansyah menegaskan, banyaknya peristiwa bencana yang terjadi sebagian besar disebabkan ulah dari tangan manusia.
“Sekarang ini, masyarakat kita makin jauh dengan dua hal yang sebenarnya sangat penting untuk dipahami dan dijalani, yakni pengetahuan tentang konservasi alam dan mitigasi bencana,” ungkapnya, dalam program Hiwar Ikhbar #10 bertema “Mitos-mitos Kebencanaan” bersama Ikhbar.com, Sabtu, 15 Juli 2023, kemarin.
Agung mencontohkan, bencana banjir yang terjadi saat ini didominasi oleh problem sampah yang menghambat laju sungai. “Manusia punya andil besar dalam memunculkan bencana. Oleh karena itu, konservasi alam bukan hanya milik sebagian orang, tapi semua pihak,” kata dia.
Baca: Kualitas Hablum Minal Alam Tentukan Keberadaan Bencana
Melestarikan alam lewat mitos
Menurutnya, hal itu berbeda dengan pandangan masyarakat di masa lampau. Di masa lalu, masyarakat memiliki kesadaran yang mumpuni tentang adanya relasi tak terpisahkan antara manusia dan alam.
“Oleh karena mereka sadar betul bahwa alam dan manusia memiliki relasi yang tidak bisa dipisahkan, maka, mereka pun memahami harus ada timbal balik yang baik,” katanya.
Direktur Utama (Dirut) Ikhbar.com itu mengatakan, kesadaran yang dimiliki masyarakat zaman dulu itu dibuktikan dengan banyaknya mitos, legenda, atau tradisi oral yang memuat pesan tentang pentingnya pelestarian alam.
“Ada makna luhur di atas teks mitos-mitos tersebut. Orientasinya adalah konservasi alam dan mitigasi bencana,” katanya.
“Ada banyak cerita yang sebenarnya itu bertentangan secara rasional, tetapi semangat yang muncul sebenarnya perlindungan terhadap aksi perusakan alam,” sambung dia.
Ihwal buku
Buku Mantra Penolak Bencana (2023) yang menghabiskan masa penulisan selama dua tahun itu, menurut Agung, memiliki semangat untuk mengembalikan kesadaran konservasi alam dan mitigasi bencana melalui warisan orang-orang terdahulu.
Menurut Agung, buku setebal 124 halaman itu sengaja ditulis dalam format cerita agar mudah dipahami oleh generasi z.
“Saya menuliskannya berdua, dengan kawan saya yang juga konsens dalam isu ini, yakni Doamad Tastier,” katanya.
Buku yang berisi belasan cerita rakyat ini ia yakini bisa menjadi alternatif, atau penggugah kesadaran bagi generasi muda untuk kembali mencurahkan perhatiannya terhadap persoalan lingkungan. “Saya sangat berharap, buku ini bisa dibaca banyak generasi muda demi masa depan lingkungan kita yang lebih baik,” katanya.
Buku Mantra Penolak Bencana (2023) ini bisa dibeli lewat direct message (pesan langsung) akun Instagram @Ikhbarcom, atau melalui pesan WhatsApp di +62 822-1037-2148.