Ikhbar.com: Rezeki tak melulu berupa uang. Terhubungnya jalinan silaturahmi pun bisa dijadikan pembuka setiap peluang yang mampu mengantarkan seseorang ke arah kemajuan.
Begitulah salah satu prinsip yang diyakini Efri Arsyad Rizal, mahasiswa jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, yang lolos dalam seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) jalur afirmasi santri pada 2021 lalu.
Efri, sapaan akrabnya, kini sedang bersiap untuk berkuliah magister di University of Birmingham, Inggris Raya (UK), jurusan Theology and Religion.
“Sejak duduk di semester lima, saya memang sudah sering mengikuti webinar atau forum kelas mentoring beasiswa. Mulai saat itu saya sudah mencicil mempersiapkan dokumen,” ungkap Efri, kepada Ikhbar.com, Senin, 5 Juni 2023.
Awal ketertarikan
Kiat-kiat yang ditempuh Efri dalam berburu beasiswa luar negeri pun sempat ia paparkan ketika menjadi salah satu narasumber dalam Talkshow Scholarship Project, yang diselenggarakan Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia (FKMTHI) Wilayah DIY-Jateng, pada Rabu, 31 Mei 2023 kemarin.
“Awal mula tertarik mengikuti beasiswa LPDP luar negeri adalah ketika saya ikut webinar dengan narsum bernama Nur Ahmad. Ia saat itu baru saja pulang dari salah satu kampus di Belanda. Waktu itu ia menunjukkan manuskrip pegon berbahasa Bali,” lanjutnya.
Baca: Memahami Turki, Tips Tembus Besasiswa Luar Negeri
Dia mengaku tertarik untuk melakukan riset serupa. “Maka skripsi saya dulu pun membahas manuskrip Al-Qur’an berbahasa Bali,” katanya.
Menurut Efri, modal paling awal yang mesti dimiliki peminat beasiswa untuk berkuliah di kampus luar negeri adalah kemampuan berbahasa Inggris.
“Harus punya sertifikat Test of English as a Foreign Language (TOEFL). Ini golden tiket beasiswa. Khususnya, kampus yang memang berbasis Bahasa Inggris,” katanya.
Tips beasiswa lewat jaringan
Efri memaparkan, minat berorganisasi dan berjejaring juga akan turut memperlebar peluang bagi seseorang untuk meraih beasiswa.
Jaringan organisasi, lanjut dia, akan memberikan banyak pengalaman, informasi, sekaligus penyemangat dalam upaya menembus beasiswa luar negeri.
“Misalnya, berorganisasi di FKMTHI, ini memberikan pelajaran tersendiri untuk semangat mendapatkan beasiswa LPDP karena secara tidak langsung akan membawa kita bersentuhan dengan kalangan mahasiswa atau dosen yang telah mendapatkan beasiswa LPDP dan kita bisa mengambil ilmu dari pengalaman mereka,” jelasnya.
Menurut Efri, kiat menghadapi seleksi beasiswa luar negeri tentu akan berbeda dengan tes di Tanah Air. “Seleksi di dalam negeri biasanya kita sudah familiar dan tidak begitu sulit, tetapi di luar negeri akan terasa sangat ketat,” kata dia.
“Tapi untuk UK atau Eropa, biasanya seleksi lebih fokus ke dokumen. Justru ini menjadi tantangan tersendiri,” sambungnya.
Efri juga menyarankan agar pemburu beasiswa tidak gampang menyerah. Tantangan demi tantangan akan terbiasa muncul di setiap tahapan seleksi. Namun, jika sudah melalui itu semua, maka hasil akhir yang dicapai akan terasa sangat memuaskan.
“Jika mampu berkuliah di luar negeri dengan hasil susah payah, tentu kita akan mendapatkan kesan dan pengakuan dari orang sekitar kita. Dari previlage itulah kita terbentuk,” katanya.
“Setelah lulus pun saya kira akan ada perbedaan dengan yang kuliah di luar negeri. Karena di sini, kita penuh perjuangan yang luar biasa,” sambung Efri.