Ikhbar.com: Tengah malam bukan cuma jadi waktu mustajab dipanjatkannya doa-doa. Ada kalanya, di saat itulah seberkas anugerah temurun menembus gelap menuju siapa saja yang sedang Allah Swt rahmati.
Begitulah kira-kira luapan perasaan Nanda Ahmad Basuki, saat menerima pengumuman lolos dalam seleksi beasiswa di Necmettin Erbakan University, Konya, Turkiye. Nanda, sapaan akrabnya, menceritakan kabar itu ia terima tepat pada pukul 00.00 WIB, tepatnya ketika ia masih mengabdikan diri untuk mengajar di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta, pada 2019 silam.
“Seketika, saat itu juga, saya sujud syukur dan langsung mengabarkan orang tua,” ujar Nanda, kepada Ikhbar.com, Jumat, 2 Juni 2023.
Kisah-kisah Nanda ini pun cukup membius audiens saat berkesempatan menjadi salah satu narasumber dalam Talkshow Scholarship Project, yang diselenggarakan Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia (FKMTHI) Wilayah DIY-Jateng, pada Rabu, 31 Mei 2023 kemarin.
Persiapan matang
Nanda mengaku, proses yang ia lalui dalam seleksi beasiswa tersebut cukup rumit. Bahkan, persiapan dan ceklis kelengkapan berkasnya pun mesti ditempuh selama sebulan lebih.
“Saya juga selalu berkonsultasi dengan kakak kelas yang sebelumnya juga lolos seleksi program beasiswa Türkiye Bursları (YTB),” katanya.
Memasuki sesi wawancara, mahasiswa yang akhirnya menempuh pendidikan magister jurusan hadis itu mengaku kian mendapatkan ujian yang makin menantang. Nanda harus secara lugas, lancar, dan cermat menjawabi pertanyaan empat pewawancara yang sangat ahli di bidangnya masing-masing.
“Proposal mini tesis saya berjudul ‘Agama dengan Teori sosiologi.’ Kebetulan salah satu pengujinya itu pakar di bidang tersebut,” kisahnya.
“Itu juga menjadi pengalaman pertama saya berinteraksi dengan orang asing,” sambung Nanda.
Berpijak dari seabrek pengalaman yang didapatnya, Nanda memberikan tips bagi siapa pun yang merasa tertarik untuk berburu beasiswa berkuliah di luar negeri, terutama di Turki.
Baca: Ikhbar Foundation Mulai Kursus Pemberdayaan Jaringan bagi Anak Muda
Bahasa dan budaya
Nanda menyarankan, para calon peserta seleksi harus menyiapkan dengan matang dari mulai membuat motivation letter (surat tujuan dan motivasi kepesertaan) hingga tema proposal mini tesis yang disusun.
“Terus, yang sering dipahami para pendaftar adalah mereka mengira ketika kuliah di Turkiye bakal menggunakan Bahasa Arab, padahal Bahasa Turkiye sudah pasti berbeda. Maka, ketika lolos, peserta akan diarahkan untuk mengikuti kursus bahasa Turkiye tersendiri kurang lebih satu tahun. Kemudian ada tambahan kursus bahasa harian dan akademik,” ungkapnya.
Ketika telah dinyatakan lolos, para pelamar akan dihubungi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turkiye, kemudian dikoordinir dalam satu grup saluran informasi guna memudahkan komunikasi.
“Biasanya akan diinformasikan berkas apa saja yang harus dibawa ke sana, misalnya, paspor,” kata Nanda.
Masyarakat Turki, sebut Nanda, jarang menggunakan Bahasa Arab maupun Inggris dalam percakapan keseharian. Selain bahasa, para calon mahasiswa juga harus mulai mencari tahu budaya yang berlaku di negara yang baru saja merampungkan pemilihan presiden (Pilpres) tersebut.
Baca: Mahasiswa Asal Banjarmasin Lolos Seleksi Imam Masjid di Uni Emirat Arab
“Karena sedang krisis, saat ini Turkiye tidak memberikan uang beasiswa sebesar tahun-tahun sebelumnya. Selain itu karena memang nilai konversi 1 Lira yang sebelumnya di kisaran Rp2.500-Rp3.000, sekarang cuma Rp750,” katanya.
Terakhir, Nanda mengakui bahwa tidak ada perbedaan mencolok saat menempuh kuliah di dalam maupun luar negeri, apalagi untuk program studi keagamaan. “Tetapi, di Turkiye, misalnya, kita akan mendapatkan cara pandang baru dalam memahami Al-Qur’an mupun hadis karena negara tersebut memiliki sejarah yang beda luar biasa,” sebutnya.