Ikhbar.com: Narcissistic personality disorder (NPD) menjadi isu kesehatan mental baru yang tengah menjadi tren dalam perbincangan masyarakat, terutama di kalangan generasi z.
Dalam Bahasa Indonesia, NPD diartikan sebagai gangguan kepribadian narsistik yang mementingkan diri sendiri sehingga mengabaikan kebutuhan orang-orang di sekitarnya.
Dikutip dari hallosehat.com, orang dengan gangguan NPD memiliki kebutuhan yang tinggi untuk dipuji, dibanggakan, tetapi memiliki empati yang rendah terhadap orang lain.
“Akan tetapi, dibalik rasa percaya diri yang begitu tinggi, sebenarnya, NPD memiliki kepribadian yang rapuh dan mudah runtuh hanya dengan sedikit kritikan,” tulis keterangan tersebut, dikutip pada Ahad, 3 September 2023.
Penderita NPD juga tidak suka terhadap seseorang yang menginginkan dirinya berubah. Meskipun ia tahu bahwa apa yang dilakukannya telah menimbulkan masalah.
Yang paling fatal, pengidap NPD lebih suka menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya ketimbang melakukan refleksi diri.
“Selain itu, orang narsis juga tidak suka dikritik. Bahkan, penderita NPD juga tidak senang kepada orang yang memiliki perbedaan pendapat dengan dirinya,” tulis hallosehat.
Baca: Doomscrolling Ancam Pengguna Medsos, Ini Saran Al-Qur’an demi Jaga Kesehatan Mental
Pentingnya permenungan
Refleksi atau permenungan menjadi langkah yang perlu dilakukan manusia sebagai bagaian dari upaya untuk memperbaiki diri. Dalam QS. Al-Hasyr: 18, Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Pakar tafsir Al-Qur’an, Prof. KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, lafaz “qaddamat” atau “tuqaddimu” dalam ayat tersebut bermakna sebagai amal untuk meraih manfaat di masa yang akan datang.
“Amal inilah yang harus diperhatikan manusia, apakah ia akan menjadi penolong di hari akhir atau sebaliknya,” tulis Quraish Shihab.
Menurutnya, perintah memperhatikan apa yang telah dilakukan untuk hari esok merupakan perintah untuk mengevaluasi amal-amal yang telah lewat.
“Dengan kata lain, orang yang selalu mengevaluasi dirinya merupakan bukti bahwa ia telah bertakwa kepada Allah Swt,” katanya.
Sementara dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azim, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut menyinggung agar manusia menghisab dirinya sebelum dihisab oleh Allah Swt.
“Melihat apa yang sudah dilakukan dan ditabung untuk hari akhir saat bertemu Allah Swt nantinya. Apa yang sudah dilakukan inilah yang harus diperbaiki agar menjadi amal yang kemudian dibawa saat menghadap Allah Swt,” jelas Ibnu Katsir.
Mengenai evaluasi ini, dalam keterangan Ihya Ulumuddin, Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Seorang hamba tidak bisa disebut (golongan) orang yang bertakwa hingga ia bisa mengoreksi (me-muhasabah) dirinya.
Baca: Bagaimana Islam Membahas Kesehatan Mental? Ini Penjelasan Nyai Rihab Said Aqil
Larangan mencari kesalahan orang lain
Selain sulit menerima nasihat, penderita NPD juga dinilai mudah menyalahkan orang lain. Padahal, Al-Qur’an mengecam orang yang selalu mencari kesalahan. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 12.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
Dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa ayat tersebut merupakan perintah untuk menjauhi prasangka. Sebab tindakan tersebut bisa menjerumuskan seseroang kepada perbuatan dosa.
“Jenis prasangka itu cukup banyak, antara lain ialah berburuk sangka kepada orang mukmin yang selalu berbuat baik,” tulis keterangan Tafsir Jalalain.
Di sisi lain, pengidap NDP juga berpotensi dijangkiti penyakit ujub (sombong) yang terus tumbuh di dalam dirinya. Padahal, ujub merupakan serangkaian sifat buruk yang mesti dihilangkan dari diri manusia.
Rasulullah Saw bersabda, “Tiga perkara yang membinasakan: rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR. At-Thabrani)
Guna menghindari perilaku ujub, para ulama menyarankan agar manusia memperbanyak zikir dan istigfar. Selain itu, perlu pula mengingat kembali bahwa apa yang telah didapatkan dalam hidup tiada lain adalah karunia Allah Swt.