Cerita Imam Nawawi Berjumpa Lailatul Qadar

Peristiwa luar biasa ini terjadi ketika Imam Nawawi masih berusia tujuh tahun.
Ilustrasi cahaya dari langit. PEXELS/Francisco Cornellana Castells

Ikhbar.com: Imam Nawawi adalah salah satu ulama besar dalam mazhab Syafi’i yang dikenal karena kedalaman ilmu dan ketakwaannya. Dalam biografi yang ditulis oleh muridnya, Ibn Al-‘Attar, diceritakan bahwa Imam Nawawi pernah menemui pengalaman luar biasa ketika masih kecil.

Di dalam Tuhfat At-Thalibin fi Tarjamah Al-Imam An-Nawawi dijelaskan:

مولده فهو في العشر الأواسط من المحرم سنة إحدى وثلاثين وستمائة، وذكر لي بعض الصالحين الكبار: أنه ولد وكتب من الصادقين

“Imam Nawawi lahir pada pertengahan bulan Muharram tahun 631 Hijriah. Salah satu ulama saleh menceritakan kepadaku bahwa beliau lahir dan ditandai dengan kejadian yang luar biasa.”

Peristiwa luar biasa ini terjadi ketika Imam Nawawi masih berusia tujuh tahun. Pada malam ke-27 Ramadan, beliau terjaga di tengah malam dan membangunkan ayahnya. Sang ayah mengisahkan:

وقد بلغ من العمر سبع سنين ليلة السابع والعشرين من شهر رمضان، قال: فإنتبه نحو نصف الليل وأيقظني وقال: يا أبتي ما هذا الضوء الذي قد ملأ الدار؟ فاستيقظ أهله جميعاً فلم نر كلنا شيئاً. قال والده: فعرفت أنها ليلة القدر

“Ketika berusia tujuh tahun, pada malam ke-27 Ramadan, Imam Nawawi tertidur di sampingku. Tiba-tiba ia terbangun di pertengahan malam dan membangunkanku seraya berkata, ‘Wahai Ayah, apa cahaya yang telah memenuhi rumah ini?’ Kami semua terbangun, tetapi tidak ada yang melihat cahaya tersebut. Aku pun mengetahui bahwa itu adalah Lailatul Qadar.”

Baca: Gara-gara Ini Lailatul Qadar Jadi Misteri

Kesaksian ulama lain

Imam As-Subki dalam karyanya Tabaqat Asy-Syafi’iyah Al-Kubra juga mencatat peristiwa tersebut secara rinci. Ia menegaskan bahwa Imam An-Nawawi lahir di Nawa, sebuah kota di Suriah, dan keluarganya berasal dari sana.

 ولد النووي في المحرم سنة إحدى وثلاثين وستمائة بنوى وكان أبوه من أهلها المستوطنين بها

“Imam Nawawi lahir di bulan Muharram tahun 631 Hijriah di Nawa. Ayahandanya adalah salah satu penduduk asli Nawa.”

Imam As-Subki juga mengulangi kesaksian ayah Imam An-Nawawi mengenai peristiwa di malam Lailatul Qadar tersebut:

وذكر أبوه أن الشيخ كان نائما إلى جنبه وقد بلغ من العمر سبع سنين ليلة السابع والعشرين من شهر رمضان فانتبه نحو نصف الليل وقال: يا أبت ما هذا الضوء الذي ملأ الدار؟ فاستيقظ الأهل جميعا قال فلم نر كلنا شيئا قال والده فعرفت أنها ليلة القدر

“Ayah Imam An-Nawawi menceritakan bahwa pada malam ke-27 Ramadan, ketika berusia tujuh tahun, Imam An-Nawawi terbangun di tengah malam dan bertanya, ‘Wahai Ayah, apa cahaya yang memenuhi rumah ini?’ Semua anggota keluarga terbangun, tetapi tidak ada yang melihat cahaya tersebut. Ayahnya menyadari bahwa itu adalah Lailatul Qadar.”

Keterangan ini juga terdapat dalam Al-Manhal Al-‘Adzb Ar-Rawi fi Tarjamah Quthb Al-Awliya’ An-Nawawi yang ditulis oleh Imam As-Sakhawi.

Baca: Gambaran Nabi tentang Lailatul Qadar

Makna Lailatul Qadar

Lailatul Qadar memiliki kedudukan yang sangat agung dalam ajaran Islam. Allah Swt berfirman:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

“Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3)

Imam Nawawi adalah bukti nyata dari keberkahan malam tersebut. Cahaya yang dilihat saat usia belia menjadi tanda awal keistimewaannya di masa depan.

Ulama menafsirkan bahwa Lailatul Qadar adalah malam turunnya Al-Qur’an dan malam di mana para malaikat turun membawa rahmat. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menyebutkan bahwa tanda Lailatul Qadar antara lain suasana yang tenang, udara yang sejuk, dan cahaya yang tak biasa terlihat oleh orang-orang terpilih.

Kisah Imam Nawawi juga menunjukkan bahwa Allah Swt memberikan karunia kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Cahaya yang beliau saksikan di masa kecil menjadi tanda bahwa perjalanan hidupnya kelak akan dipenuhi dengan ilmu, amal saleh, dan keberkahan.

Baca: Lailatul Qadar di Zaman Serba-Gelisah

Hikmah pengalaman Imam Nawawi

Kisah ini mengajarkan bahwa keberkahan Lailatul Qadar nyata adanya. Orang yang mendapatkan keistimewaan ini akan merasakan tanda-tanda khusus.

Imam Nawawi tumbuh menjadi ulama besar dengan karya-karya monumental seperti Riyadhus Shalihin dan Al-Majmu’. Kesungguhan dalam menuntut ilmu dan menjaga keikhlasan menjadi sebab utama Allah memuliakannya sejak dini.

Rasulullah Muhammad Saw bersabda:

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari)

Pengalaman Imam Nawawi menjadi pengingat bahwa Allah Swt memberikan tanda-tanda bagi mereka yang terpilih. Dengan kesungguhan beribadah dan menjaga keikhlasan, rahmat Allah akan menyertai sepanjang hayat.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.