Ikhbar.com: Gus Rifqil Muslim tidak begitu sepakat dengan bahasa ‘jatah ranjang’ suami kepada istri.
“Bahasa ‘istri tidak boleh menolak suami’ ini jangan dijadikan sebuah alat untuk suami memprasssure istrinya harus mau terus,” jelasnya.
Gus Rifqil menegaskan bahwasannya hubungan suami istri itu harus berdasarkan kesalingan.
“Jadi saya tidak setuju dengan penggunaan bahasa ‘jatah’ karena sebenarnya istri pun menikmatinya,” kata Gus Rifqil dikutip dari Tik Tok NU Online.
Jadi, kata Gus Rifqil, buatlah urusan ranjang suami istri ini sebagai kebutuhan biologis yang sama-sama membutuhkan.
“Makanya saya selalu bilang ke istri saya dan selalu mengkominukasikan terlebih dahulu sebelum melakukan. Walaupun saya selalu siap, karena biar istri saya mendapatkan pahala yang lebih banyak, maka saya menyarankan istri untuk menawarkannha terlebih dahulu,” ucapnya.
Hal itu, lanjut Gus Rifqil, berdasarkan sunnah, istrilah yang menawarkan terlebih dahulu kepada suami sebelum melakukan.
“Jadi ketika suami minta ke istri dan istrinya tidak mau itu bisa dikatakan dosa. Bahkan ada yang mengatakan malaikat sampai shubuh melaknat istri tersebut. Dan saya tidak mau hal itu terjadi kepada istri saya,” paparnya.
“Makanya saya selalu bilang ‘capek engga?’, ‘mau engga?’ Saya selalu bilang ‘ayok dong kamu yang nawarin, biar dapat pahala,” ujarnya.
Karena menurutnya, jika istri yang menawarkan terlebih dahulu, maka iti artinya dia siap dan sedang tidak capek.
“Tapi jika dia capek dan suaminya mau, maka suaminya harus legowo dong. Karena kebutuhan biologis ini kalau dipaksakan maka tidak akan klimaks dua-duanya, kepuasannya berbeda,” kata Gus Rifqil.
Dalam kitab Fathul Izzar dan Qurrotul ‘Uyun, jelas Gus Rifqil, sang suami jangan langsung To the point, melainkan dimulai dengan adanya for play dlu atau hal positif yang romantis sehingga mampu membuat nyaman antara keduanya.