Ikhbar.com: Salah satu keturunan Syekh Abdul Qadir Al Jailani, yakni Syekh Muhammad Fadhil Al Jailani kembali berkunjung ke Indonesia, tepatnya di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon.
Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH Musthofa Aqil Siroj mengenang pertemuan pertamanya dengan ulama kelahiran Turki tersebut.
“Berawal pada 2009 lalu, santri ayah saya di Mesir, Syekh Rahimuddin mengabarkan bahwa beliau bertemu dengan Syekh Fadhil. Dia menyampaikan bahwa Syekh Fadhil ingin berkunjung ke Pesantren Kempek,” jelas Kiai Musthofa, dalam acara Zikir Bersama As Sayyid Syaikh Muhammad Fadhil Al Jilani di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, Kamis malam, 15 Desember 2022.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menceritakan, kedatangan Syekh Fadhil ke Pesantren Kempek karena merasa penasaran dengan yang dimaksud guru oleh murid ayahnya itu.
“Ketika bertemu, Syekh Fadhil heran, kok gurunya masih muda? Beliau bilang, Musthofa Aqil shaghir (kecil/muda),” katanya, diiringi tawa jemaah.
Kiai Musthofa juga menjelaskan bahwa Syekh Fadhil telah didatangi kakeknya sebanyak 10 kali berturut-turut di dalam mimpi. Syekh Abdul Qadir Al Jailani berpesan kepada cucunya itu untuk mencarikan sekian banyak kitabnya yang terpencar di seantero jagat.
“Padahal cucu Syekh Abdul Qadir itu sangat banyak. Maklum kan jaraknya sudah 600 tahun. Tetapi Syekh Fadhil yang dititipi pesan tersebut,” ungkap Kiai Musthofa.
Sejak saat itulah, lanjut Kiai Musthofa, Syekh Fadhil berkeliling dunia untuk mencari kitab sang leluhur hingga lebih dari 30 tahun lamanya. “Ditemukan sekitar 118 kitab. Tapi yang sudah dicetak baru 24 sampai 28 kitab.”
Salah satu yang ditemukan itu adalah kitab Tafsir Syekh Abdul Qadir Al Jailani sebanyak enam jilid. Kiai Musthofa termasuk salah satu ulama yang diberikan salinannya. “Kitab ini justru ditemukan di sebuah perpustakaan di Vatikan,” kata Kiai Musthofa.
Sementara itu, Syekh Fadhil mengaku senang bisa kembali berkunjung ke Indonesia. Syekh Fadhil menganggap Indonesia adalah negaranya yang kedua. “Ketika saya pergi ke Amerika, maka saya katakan pergi ke Amerika. Ketika ke Eropa, saya katakan pergi ke Eropa. Begitu pula ketika saya ke Afrika maupun Rusia. Tetapi ketika saya datang ke Indonesia, saya mengatakan bahwa aku datang ke negaraku yang kedua, Indonesia,” ungkap Syekh Fadhil disambut riuh tepuk tangan ratusan jemaah.