Ikhbar.com: Tidak lengkap rasanya jika momentum temu keluarga saat Lebaran berlalu begitu saja. Masyarakat Indonesia nyaris pasti bakal mengabadikannya melalui aksi potret-memotret untuk sekadar diunggah di media sosial atau dicetak sebagai penghias baru dinding rumah.
Meski begitu, fotografer Ahmad Fikri Syamsul menyarankan agar momentum bermakna itu jangan sampai diabadikan dengan tanpa pertimbangan. Pemilik DohPhoto Studio Cirebon, Jawa Barat tersebut mengatakan, dibutuhkan pemilihan ruang sekaligus formasi objek yang baik agar mendapatkan hasil gambar yang semakin ciamik.
“Cari ruang dengan space yang cukup luas agar si pemotret bisa leluasa ambil angle. Jangan lupa juga soal pencahayaan, carilah ruangan dengan cahaya yang memadai, tidak terlalu redup, juga tidak terlalu terang. Bisa juga outdoor,” kata Fikri, sapaan akrabnya, kepada Ikhbar.com, Rabu, 19 April 2023.
Manfaatkan aksesori
Jika ingin lebih serius, lanjut Fikri, pemotretan bisa memakai konsep studio. Tepatnya, melalui penataan cahaya yang sudah diatur secara profesional dengan mempertimbangkan objek dan kualitas tangkapan kamera.
“Kalau di studio, yang juga sangat berpengaruh adalah konsep background. Lighting bisa memakai flash lamp atau pun continuous lamp,” katanya.
Menurut pria kelahiran 15 Februari 1993 itu, pemotretan keluarga dalam momentum Lebaran akan lebih hidup dengan memanfaatkan aksesori atau ornamen sederhana yang tersedia. Misalnya, dengan membiarkan hidangan tertata rapi di atas meja, atau dengan memanfaatkan simbol-simbol Idulfitri, seperti ketupat dan sejenisnya.
“Soal posisi, untuk keluarga kecil yang terdiri dari tiga orang kita bisa terapkan formasi 1-2 berdiri, 2-1 posisi duduk,” sarannya.
Tidak harus kamera bagus
Kualitas seni pada foto keluarga saat Lebaran tidak harus bertumpu pada kamera profesional. Bahkan, kata Fikri, sebagian ponsel yang beredar hari ini sudah memiliki hasil gambar dengan kualitas yang mumpuni.
“Momen foto keluarga saat Lebaran sangat penting. Jadi, di era digital dan media sosial semuanya harus serbacepat. Tidak harus menggunakan kamera DSLR atau sejenisnya, bisa juga menggunakan smartphone. Yang terpenting untuk foto keluarga bisa posisi potrait atau landscape,” katanya.
Hanya saja, lanjut dia, ada sejumlah kekeliruan yang kerap didapati saat melihat hasil-hasil foto keluarga di momentum Idulfitri. Di antaranya, banyak yang tanpa sadar melupakan pesan yang akan disampaikan kepada khalayak melalui hasil karya tersebut.
“Terutama penempatan posisi susunan keluarga. Contoh, kadang orang tua malah diposisikan atau duduk terlalu ke bawah, sementara anak-anaknya berpose berdiri. Itu kurang baik. Pesan kebersahajaan dan akhlaknya agak tereduksi,” kata dia.
Selebihnya, Fikri juga memberikan ide untuk mencoba untuk mengabadikan momen berharga itu dengan konsep candid, atau teknik pengambilan gambar tanpa sepengetahuan objek. Misalnya, ketika anggota keluarga masih asyik bercengkerama, berbincang, dan bercanda.
“Selain natural, hasilnya juga akan lebih hidup,” pungkas dia.