Ikhbar.com: Terdapat beragam cara umat muslim dalam mengekspresikan peringatan maulid Nabi Muhammad Saw. Pertanyaannya, sejak kapan sebetulnya Maulid Nabi ini diperingati seperti sekarang ini?
Menanggapi pertanyaan tersebut, setidaknya menurut Quraish Shihab terdapat dua jawaban yang berbeda.
Menurutnya, Nabi Muhammad sendiri mempunyai cara sendiri dalam mensyukuri akan kelahirannya, yakni dengan berpuasa.
“Dalam Shahih Muslim Nabi Muhammad pernah ditanya ‘Mengapa Nabi berpuasa pada hari Senin?’ Beliau menjawab ‘Itulah hari di mana aku lahir,” jelas Quraish Shihab dalam channel You Tubenya.
Baca juga: Khalifah Umar Tolak Fasilitas Negara
Hal yang serupa, kata Quraish Shihab, juga dilakukan oleh Nabi Isa. Bahkan, rasa syukur Nabi Isa akan kelahirannya tertuang dalam QS. Maryam ayat 33.
Jawaban kedua, lanjut Quraish Shihab, jauh sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul, orang di sekitar bergembira menyambut kelahirannya.
“Salah satu yang bergembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad yakni Abu Lahab. Bahkan saking gembiranya, Abu Lahab memerdekakan budaknya,” ujarnya.
Kisah tersebut, kata Quraish Shihab seperti yang tercatat dalam Shahih Muslim. Dikisahkan suatu hari, hamba sahaya Abu Lahab datang kepadanya yang saat itu berada di sekitar Ka’bah untuk memberi kabar kelahiran Nabi Muhammad.
“Hei, Aminah melahirkan anak lelaki,” ucap Quraish Shihab menirukan pekikan hamba sahaya itu.
Maka saat itu Abu Lahab memerdekakan hamba sahaya tersebut. “Engkau ku merdekakan sebagai hadiah memberi aku kabar gembira ini,”
Hanya karena gembira akan kelahiran Nabi Muhammad itulah konon Abu Lahab mendapat keringanan siksa neraka setiap hari Seninnya.
“Tetapi kalau kita berbicara tentang perayaan-perayaan Maulid itu baru dimulai pada zaman Dinasti Abbasiyah, pada zaman pemerintahan atau Khalifah Al Hakim,” kata Quraish Shihab.
Quraish Shihab menjelaskan, saat itu tatkala memeringati maulid Nabi Muhammad, ia merayakannya dengan keluar bersama permaisurinya sembari memakai pakaian yang indah.
Baca juga: Hukum Menumpang WiFi tanpa Izin
“Dari sini kemudian sampai sekarang di Mesir, perayaan maulid diperingati dalam bentuk membuat boneka-boneka dari manisan yang dinamai Arouset El-Moulid.
Dalam perayaan maulid di Mesir, kata Quraish Shihab, boneka-boneka manisan tersebut ada yang berbentuk permaisuri dengan pakaian putihnya.
“Tidak hanya itu, terdapat juga boneka manisan khalifah dengan naik kuda dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk syukur serta salah satu cara mendidik anak-anak untuk mencintai Rasulullah Saw,” imbuhnya
Perayaan maulid yang seperti ini, jelas Quraish Shihab, kemudian berkembang dimana-mana. “Saya di Sulawesi Selatan itu caranya lain lagi, yakni dengan membuat lampu-lampu dari semprong, kemudian dihiasi dengan telur,”
Maka dari itu, merayakan Maulid Nabi menurut Quraish Shihab adalah suatu anjuran atau bahkan perintah. Hal itu seperti yang disebut dalam QS. Yunus ayat 58.
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Ayat di atas menurut Quraish Shihab yang dijadikan dasar oleh Ulama untuk merayakan Maulid.