Ikhbar.com: Fenomena duck syndrome semakin banyak diperbincangkan, terutama di kalangan mahasiswa dan pelajar.
Istilah ini merujuk pada kondisi seseorang yang tampak tenang dan baik-baik saja di permukaan, tetapi sebenarnya sedang berjuang keras menghadapi tekanan batin.
Ibarat seekor bebek yang terlihat tenang di atas air, padahal kakinya terus mengayuh dengan cepat di bawah permukaan.
Baca: Fenomena Duck Syndrom Bikin Mahasiswa Rawan Stres, Ini Penjelasannya!
Gejala ini sangat relevan dengan kehidupan mahasiswa yang berlomba meraih prestasi, pekerja muda yang dikejar target karier, hingga orang tua yang memikul beban ekonomi dan sosial. Semua tampak baik-baik saja, padahal hati mereka bergolak penuh kecemasan, stres, dan rasa tertekan.
Islam sebagai agama rahmatan lil-‘alamin menawarkan solusi agar hati tidak karam dalam kegelisahan. Salah satu penopang utama ketenangan jiwa adalah doa. Dengan doa, seorang hamba menyandarkan diri kepada Allah, sehingga beban hidup yang berat terasa lebih ringan karena ia yakin tidak berjalan sendirian.
Baca: Jadilah Laut! Tips Hadapi Fitnah, Kecewa, dan Patah Hati ala Prof. Rokhmin Dahuri
Perspektif Islam
Al-Qur’an menggambarkan adanya dua kondisi hati: qalbun la yathma’innu (hati yang gelisah) dan qalbun muthma’innah (hati yang tenteram).
Allah Swt berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Rasa gelisah, cemas, dan tertekan sejatinya adalah tanda bahwa hati jauh dari pusat ketenangan, yaitu zikrullah (mengingat Allah).
Nabi Muhammad Saw juga menegaskan:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Itulah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).
Ulama seperti Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa hati adalah pusat segala gerakan lahir maupun batin. Maka, menjaga hati dari penyakit kegelisahan merupakan kewajiban spiritual.
Baca: Ternyata Ini Bedanya Spiritualitas dan Agama
Terapi spiritual
Doa adalah penghubung antara hamba dan Rabb-nya. Melalui doa, seorang muslim tidak hanya menyampaikan permintaan, melainkan juga melepaskan beban psikologis.
Imam Ibn Qayyim dalam Al-Daa’ wa Al-Dawa’ menjelaskan bahwa doa ibarat senjata orang beriman—dengannya hati memperoleh kekuatan untuk menghadapi musibah dan tekanan hidup.
Dalam perspektif psikologi Islam, doa berfungsi sebagai katarsis: ia mengalirkan kegelisahan kepada Dzat Yang Mahakuat, sehingga seorang hamba merasa tidak sendiri. Doa juga melahirkan harapan, yang pada gilirannya meredakan stres dan kecemasan. Dengan demikian, doa adalah terapi spiritual yang menyehatkan jiwa.
Baca: Psikolog bukan Pemberi Nasihat, Tapi…
Kumpulan doa
a. Doa agar hati tenang dan lapang dada
Doa Nabi Musa As ketika menghadapi tantangan besar dalam dakwahnya:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْۙ ٢٥ وَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْۙ ٢٦ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْۙ ٢٧ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْۖ ٢٨
Qâla rabbisyraḫ lî shadrî, wa yassir lî amrî, waḫlul ‘uqdatam mil lisânî yafqahû qaulî.
“Dia (Musa) berkata, ‘Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka mengerti perkataanku.'” (QS. Thaha: 25–28).
Doa ini mengajarkan bahwa hati yang lapang merupakan fondasi untuk menghadapi tekanan hidup.
b. Doa perlindungan dari kecemasan, kesedihan, dan rasa lemah
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Allāhumma innī a‘ūdzu bika mina al-hammi wa al-ḥazan, wa a‘ūdzu bika mina al-‘ajzi wa al-kasal, wa a‘ūdzu bika mina al-jubni wa al-bukhl, wa a‘ūdzu bika min ghalabati al-dayni wa qahri al-rijāl.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat penakut dan bakhil, serta dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi).
Doa ini melindungi dari faktor psikologis yang kerap memicu sindrom bebek: tekanan sosial, utang, dan rasa tidak berdaya.
c. Doa agar diberi keteguhan hati
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةًۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ ٨
Rabbanâ lâ tuzigh qulûbanâ ba‘da idz hadaitanâ wa hab lanâ mil ladungka raḫmah, innaka antal-wahhâb.
“(Mereka berdoa,) ‘Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.’” (QS. Ali Imran: 8).
Keteguhan hati penting agar seseorang tidak mudah goyah oleh tekanan sosial dan ekspektasi berlebihan.
d. Doa agar dilapangkan rezeki dan dijauhkan dari tekanan hidup
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allāhumma ikfinī bi-ḥalālika ‘an ḥarāmika, wa aghninī bi-faḍlika ‘amman siwāka.
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu, jauhkan aku dari yang haram, dan kayakanlah aku dengan karunia-Mu, sehingga aku tidak butuh selain kepada-Mu.” (HR. An-Nasa’i).
Banyak kegelisahan modern bersumber dari masalah ekonomi. Doa ini menegaskan pentingnya merasa cukup dengan karunia halal dari Allah.
e. Doa penenang hati dan pikiran
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Rabbanâ lâ tu’âkhidznâ in nasînâ au akhtha’nâ, rabbanâ wa lâ taḫmil ‘alainâ ishrang kamâ ḫamaltahû ‘alalladzîna min qablinâ, rabbanâ wa lâ tuḫammilnâ mâ lâ thâqata lanâ bih, wa‘fu ‘annâ, waghfir lanâ, war-ḫamnâ, anta maulânâ fanshurnâ ‘alal-qaumil-kâfirîn.
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami menghadapi kaum kafir.” (QS. Al-Baqarah: 286).
Doa ini sangat relevan dengan duck syndrome, karena memohon agar Allah tidak membebani manusia dengan sesuatu di luar kemampuannya.
f. Zikir penenang jiwa
Rasulullah Saw mengajarkan zikir singkat tetapi penuh makna:
- Subhanallah (33x)
- Alhamdulillah (33x)
- Allahu Akbar (34x) — (HR. Bukhari-Muslim).
Selain itu, kalimat La ilaha illallah sebagai zikir tauhid adalah sumber ketenangan, karena meneguhkan keyakinan bahwa hanya Allah yang layak diandalkan.
Fenomena duck syndrome bukan sekadar istilah psikologi modern, melainkan cerminan hati manusia yang bergulat dengan tekanan hidup. Islam memberikan solusi komprehensif: mengingat Allah, menjaga hati, dan memperbanyak doa.
Dengan doa-doa yang diwariskan Nabi, umat diajarkan untuk melapangkan dada, menjaga keteguhan hati, meredakan kecemasan, hingga berserah diri penuh kepada Allah.
Pada akhirnya, doa bukan hanya penguat spiritual, tetapi juga terapi jiwa yang membebaskan manusia dari belenggu kegelisahan modern.
Sebagaimana firman Allah:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali Imran: 173).