Ternyata Ini Bedanya Spiritualitas dan Agama

“Bahkan seorang ateis pun bisa jadi spiritualis,” tegas Ning Rini.
Ilustrasi dua perempuan Muslimah sedang merenungi makna agama dan spiritualitas. Olah Digital oleh IKHBAR

Ikhbar.com: Agama dan spiritualitas kerap dianggap serupa. Padahal, keduanya menyimpan perbedaan mendasar dalam memengaruhi kondisi mental seseorang.

Dalam perbincangan hangat di program Sinikhbar | Siniar Ikhbar, psikolog klinis Muharini Aulia, M.Psi mengungkap bahwa ketenangan batin tak selalu lahir dari kesalehan yang tampak, tetapi justru dari relasi spiritual yang otentik dan reflektif.

Dari sinilah, menurut sosok yang karib disapa Ning Rini tersebut, perbedaan antara relijiusitas dan spiritualitas bisa ditelusuri.

Baca: Wahai Gen Z! Ini Kiat agar tak Gampang ‘Kena Mental’ dari Al-Ghazali

Spiritualitas tak identik dengan agama

Menurut Ning Rini, spiritualitas bukanlah sekadar bagian dari agama, melainkan jalan pencarian makna hidup yang personal dan mendalam.

“Agama belum tentu spiritual,” ujarnya, dalam tayangan di Ikhbar TV, dikutip pada Selasa, 17 Juni 2025.

Dalam ilmu psikologi, spiritualitas mencakup hubungan batin seseorang dengan dirinya sendiri, manusia lain, nature (alam), dan divine (kekuatan ilahi). Menariknya, bahkan individu yang tidak beragama dapat memiliki kualitas spiritual yang kuat.

“Bahkan seorang ateis pun bisa jadi spiritualis,” tegas Ning Rini.

Artinya, spiritualitas lebih berbicara tentang kesadaran, keterhubungan, dan pemaknaan hidup, bukan semata-mata ritual atau komitmen terhadap ajaran agama tertentu.

Spiritualitas, menurut Ning Rini, berorientasi pada pertanyaan-pertanyaan eksistensial, dari mulai “Siapa diri kita? Mengapa kita ada? Dan ke mana tujuan hidup ini?”

“Jadi ini lebih dari sekadar pakaian apa yang kita kenakan atau ritual keagamaan apa yang kita jalankan. Ini tentang makna,” tuturnya.

Psikolog klinis, Muharini Aulia atau Ning Rini (kanan), saat menjadi narasumber dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar, bertema “Kesehatan Mental Jalur Spiritual” di Ikhbar TV. Dok IKHBAR

Baca: Kelola Jiwa di Tengah Kepungan Dunia Maya, Tips dari Nyai Rihab Said Aqil

Kesalehan luar tak menjamin ketenangan batin

Fenomena individu yang tampak religius tetapi mengalami kegelisahan atau kecemasan bukanlah hal asing. Ning Rini menjelaskan bahwa banyak faktor memengaruhi kondisi mental seseorang, dan spiritualitas hanyalah salah satunya.

“Bisa jadi seseorang terlihat saleh, rajin beribadah, tetapi tetap merasa tidak tenang karena ada unfinished business di masa lalu, seperti luka batin masa kecil atau trauma yang belum selesai,” jelasnya.

Dalam psikologi, emosi negatif seperti kecemasan dan kegelisahan adalah hal wajar selama ada penyebab yang dapat diidentifikasi. Namun, jika emosi itu terlalu intens dan terus-menerus hadir meskipun berbagai ikhtiar telah dilakukan, maka bisa jadi itu adalah pertanda masalah psikologis yang lebih dalam.

“Kondisi seperti ini mungkin berasal dari ketidakseimbangan antara aspek spiritual dan aspek psikologis lainnya. Seseorang bisa terlihat sangat taat, tetapi jika spiritualitasnya belum menyentuh pemaknaan yang dalam, ketenangan pun sulit dicapai,” ujar Ning Rini.

Baca: Ayat-ayat Mental Health

Stereotipe sosial

Psikolog yang tergabung dalam APDC Indonesia itu juga menyoroti kecenderungan masyarakat, terutama generasi muda, yang mudah menilai moral seseorang dari tampilan luar.

“Kita gampang melabeli orang yang pakai pakaian syar’i atau berjubah dengan ekspektasi moral tertentu, dan sebaliknya memandang negatif mereka yang tampil lebih santai,” katanya.

Menurutnya, hal ini adalah bentuk stereotyping, yaitu mekanisme mental yang membuat seseorang mengambil kesimpulan cepat berdasarkan pengalaman atau pengaruh lingkungan.

“Stereotipe adalah shortcut berpikir, tapi sering kali bias,” ungkap Ning Rini.

Fenomena ini bisa merugikan karena menyederhanakan kompleksitas manusia dan menutup peluang untuk mengenali individu secara utuh. Ia menambahkan bahwa stereotipe sering lahir dari keinginan melindungi diri.

“Kalau kita pernah dikecewakan oleh orang yang tampak religius, maka kita cenderung menggeneralisasi semua orang seperti itu,” jelasnya.

Baca: ‘Mindful Reading’ Al-Qur’an, Terapi Meraih Ketenangan

Menemukan kedamaian lewat mindfulness

Di tengah kehidupan yang penuh tuntutan dan rutinitas, Ning Rini merekomendasikan latihan mindfulness sebagai salah satu teknik untuk meraih ketenangan.

Mindfulness itu kesadaran penuh, hadir di saat ini. Sama seperti salat khusyuk, zikir, atau teknik pernapasan. Yang penting bukan bentuknya, tapi kualitas kesadaran kita,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa spiritualitas seharusnya hadir di setiap aspek hidup, baik dalam pekerjaan, relasi, bahkan saat makan atau bernapas.

“Spiritualitas adalah napas kehidupan. Ia menyelimuti seluruh eksistensi kita. Maka, penting bagi kita untuk terus menjalani spiritual journey, bukan sekadar ritual,” katanya.

Membedakan antara agama dan spiritualitas bukanlah perkara remeh. Keduanya penting, tetapi fungsinya berbeda. Spiritualitas adalah jalan sunyi yang sangat personal, tetapi justru di sanalah kita menemukan kedamaian sejati.

“Kalau kita melibatkan spiritualitas dalam segala aspek, kita akan benar-benar hidup,” tutup Ning Rini.

Obrolan selengkapnya bisa disimak di sini:

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.