Ikhbar.com: Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta umat Islam untuk memaafkan pendeta Gilbert Lumoindong terkait polemik ceramahnya yang viral di media sosial (medsos).
Hal itu disampaikan Ketua MUI Bidang Kerukunan Umat Beragama, Buya Yusnar saat menerima Tabayyun dari Pendeta Gilbert pada Selasa, 16 April 2024.
Dalam pertemuan dengan Pimpinan MUI, Buya Yusnar mengatakan bahwa Pendeta Gilbert berjanji tidak akan membanding-bandingkan ibadah yang dilakukan umat Islam dengan umat lain dalam ceramahnya.
Oleh karena itu, Buya Yusnar menekankan agar umat Islam memaafkan kesalahan dari Pendeta Gilbert. Menurutnya, sikap saling memaafkan merupakan bagian dari seruan agama.
“Kepada semua umat Islam untuk marilah memaafkannya karena itu seruan agama. Kita berikan maaf kepada (Pendeta Gilbert) sebaik-baiknya. Ia berjanji tidak akan membanding-bandingkan ibadah yang dilakukan umat Islam dengan umat yang lain,” kata Buya Yusnar dikutip dari laman MUI pada Kamis, 18 April 2024.
Baca: Pendeta Gilbert Guyon soal Zakat, JK: Islam Itu Pemaaf
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Kerukunan antar Umat Beragama, KH Manan Abdul Ghani mengungkapkan kenapa pihaknya menerima permintaan maaf Pendeta Gilbert.
“Siapa saja bisa melakukan kesalahan. Jadi, sudah selayaknya kita saling memaafkan,” katanya.
Meski demikian, ia menekankan bahwa membicarakan agama lain jadi bahan tertawaan berarti telah melanggar etika kerukunan antar umat beragama.
Lebih lanjut, Kiai Manan mengungkapkan, alasan MUI memaafkan pendeta Gilbert karena dia datang dengan baik-baik. Selain meminta maaf karena merasa bersalah dan khilaf, Pendeta Gilbert juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
“(Apalagi) maafkan orang itu lebih baik daripada terus memperpanjang kegaduhan,” sambungnya.
Kiai Manan menekankan, perbuatan baik kepada yang bersalah merupakan anjuran agama. Apalagi, kondisi saat ini yang masih dalam momen Hari Raya Idulfitri.
“Bermaaf-maafan dilakukan dan dikumandangkan usai puasa Ramadan dan para khatib menyampaikan dalil Wal Afiina ‘aninnaas, atau sebagai tanda muttaqin adalah orang yang memaafkan terhadap kesalahan manusia. Kata annas itu umum siapa saja tidak pandang apa agamanya, karena itu sikap MUI menerima permohonan maafnya,” jelasnya.
Selain MUI, hal yang sama juga disampaikan. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrur Rozi. Ia meminta agar Pendeta Gilbert tak dipolisikan karena sudah meminta maaf kepada umat Islam.
“Saya kira tidak perlu dipolisikan, sebaiknya cukup dengan dia meminta maaf kepada umat Islam,” ujar sosok yang akrab disapa Gus Fahrur itu.
Gus Fahrur mengajak masyarakat menjaga suasana kondusif kerukunan umat beragama di Indonesia. Ia menegaskan bahwa sudah selayaknya umat Islam menunjukkan sikap rahmatanlil’alamin, atau dakwah ramah bagi semuanya.
“Bila seseorang sudah mengakui bersalah, maka dengan lapang dada kita harus bisa menerima dan memberi maaf. Mungkin dia hanyalah bercanda dan tidak ada niat melakukan penistaan ajaran agama Islam,” ucap Gus Fahrur.
Meski demikian, ia berharap semua pihak lebih berhati-hati dalam memilih bahan candaan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman antar-pemeluk agama. Sebab, kata dia, isu agama bisa menjadi sangat sensitif bagi pemeluknya.
“Marilah berpikir positif saja, dan tunjukkan bahwa kita sangat dewasa dalam menjaga harmoni kerukunan umat beragama di Indonesia,” tandasnya.