Ikhbar.com: Serangan darat, laut, dan udara militer Israel ke Jalur Gaza, sejak 7 Oktober 2023 telah membuat hampir seluruh rumah di wilayah padat penduduk itu rata dengan tanah. Gempuran terus-menerus tanpa jeda itu dianggap paling mematikan dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina mencatat, lebih dari 41.000 unit rumah di Gaza hancur dan sekitar 222.000 unit lainnya rusak akibat dibombardir selama perang Israel-Hamas. Mereka menyimpulkan, setidaknya 45% unit perumahan di Gaza telah ambruk, sedangkan sisanya rusak dan berubah status menjadi tak layak huni.
Mengutip laporan Al-Arabiya, per Ahad, 19 November 2023 disebutkan, hampir tidak ada satu pun bangunan yang masih berdiri dan dapat dihuni, terutama di distrik Beit Hanoun, Gaza, yang sebelumnya ditinggali oleh lebih dari 52.000 orang tersebut.
Baca: Duka Gaza dalam Angka: 42 Bom Dijatuhkan Israel di Setiap Jamnya
Fasilitas publik rusak
Sementara itu, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan, sebanyak 279 sekolah rusak yang mengakibatkan tidak satu pun dari 625.000 siswa di Gaza dapat mengakses pendidikan. Begitu pula fasilitas kesehatan, dari 35 rumah sakit yang berdiri di Gaza, hanya sembilan unit saja yang masih bisa beroperasi, itu pun dengan pelayanan, pasokan pengobatan, dan tenaga medis yang superterbatas.
OCHA juga menyebut sebanyak 55 mobil ambulans di Gaza rusak usai dibom Israel.

Tidak ketinggalan, Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) mencatat, sebesar 70% warga di Gaza Selatan kini tidak lagi memiliki akses air bersih. Selain itu, sebagian besar dari 65 pompa limbah yang tersedia di Gaza juga tidak berfungsi hingga membuat alirannya berceceran di sejumlah jalanan.
Di Gaza bagian utara, kelangkaan pangan muncul akibat tidak ada lagi toko roti yang buka sejak 7 November 2023 kemarin. Padahal sebelumnya, rata-rata sebanyak 500 truk makanan keluar-masuk Gaza guna memenuhi kebutuhan dan stok pangan masyarakat setempat.

Baca: Kota Gaza telah Kosong, hanya Tersisa Ledakan dan Jeritan
Kemiskinan meningkat
Pada 16 November 2023, layanan telekomunikasi di Gaza ditutup setelah bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan generator habis. Pemadaman listrik yang menghalangi penyaluran bantuan dan penyelamatan jiwa korban warga sipil pun rutin terjadi.
Dalam sebuah rilis laporan bersama antara Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA) dan Program Pembangunan PBB (UNDP) per 5 November 2023 disebutkan, sekitar 390.000 lapangan pekerjaan telah hilang sejak dimulainya perang. Situasi sosio-ekonomi yang sudah sangat buruk sebelumnya, yakni dengan tingkat kemiskinan diperkirakan mencapai 61% pada 2020 pun kini menjadi makin parah.
Badan-badan PBB memprediksi angka kemiskinan di Gaza akan meningkat antara 20 hingga 45%. Mereka juga memperkirakan bahwa perang tersebut akan merugikan Gaza antara 4 hingga 12% dari produk domestik bruto pada 2023.