Ikhbar.com: Sejumlah infrastruktur penting di negara Timur Tengah disebut rawan terkena serangan siber. Prasarana vital yang disebut itu meliputi ladang minyak dan gas, pembangkit listrik, pelabuhan, dan bandara.
Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky memaparkan, pada 2022 Timur Tengah menempati posisi teratas dari lima wilayah dunia dengan persentase malware tertinggi.
Dua tahun sebelumnya, data International Business Machines (IMB) menunjukkan bahwa kerugian rata-rata serangan siber terhadap organisasi di UEA dan Arab Saudi adalah 6,53 juta Dolar Amerika Serikat.
“Data tersebut 69 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata global,” tulis IMB dikutip Arab News pada Selasa, 22 Agustus 2023.
Data tersebut meningkat 168% pada 2022 dalam frekuensi serangan phishing, peretasan, dan penipuan online di Arab Saudi.
Direktur regional Afrika dan Turkiye di perusahaan keamanan siber Group-IB, Ashraf Koheil membenarkan fenomena lonjakan frekuensi serangan siber yang menargetkan Arab Saudi.
“Tetapi penting untuk ditekankan bahwa ini adalah bagian dari peningkatan global yang lebih luas dalam aktivitas terlarang di ruang digital,” ujar dia.
“Perusahaan dan organisasi di seluruh sektor dan wilayah harus merespons peningkatan jumlah serangan phishing, upaya ransomware, dan penipuan,” imbuhnya.
Menurut Koheil, akar aktivitas kejahatan dunia maya seringkali terkait dengan faktor sosial ekonomi.
“Kerajaan Arab Saudi adalah kekuatan ekonomi global yang sedang mengalami transformasi digital yang sangat pesat. Mereka telah menciptakan banyak lapangan kerja dan peluang,” katanya.
Ia menjelaskan, pelaku kejahatan digital mencoba memanfaatkan peluang tersebut untuk mengambil keuntungan. Mereka mengelabui masyarakat agar berinteraksi dengan halaman phishing atau situs web penipuan yang dia buat.
Sementara itu, Direktur Layanan Keamanan Terkelola di konsultan keamanan siber Help AG Arab Saudi, Safwan Akram menjelaskan faktor lain atas meningkatkan kasus kejahatan siber di negaranya.
Ia menjelaskan, meningkatnya transaksi e-commerce di Saudi beberapa tahun terakhir juga jadi faktor lain atas meningkatnya kejahatan siber.
“Semakin banyak konsumen yang melakukan belanja online, maka tentu akan meningkatkan pendapatan penjual di e-commerce. Hal itu diprediksi membawa pertumbuhan ekonomi masyarakat sebesar 13,5 persen pada 2023-2027,” jelas dia.
Menurutnya, lonjakan tersebut dinilai jadi kesempatan pelaku kejahatan digital untuk mendapatkan informasi data pribadi, termasuk rekening pengguna.
Akram menduga, penjahat dunia maya juga kini mampu memanfaatkan artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan untuk melancarkan aksinya.
“AI tampaknya dimanfaatkan para pelaku kejahatan untuk menghemat biaya. Sebab sebelumnya mereka membutuhkan upaya yang lebih dalam menggunakan teks Arab,” kata dia.
Lebih lanjut, Akram menjelaskan bahwa dengan model AI generatif, pelaku dapat menghasilkan email dan pesan phishing yang ditulis dengan baik dengan bahasa Arab.
“Upaya pelaku tampaknya dapat dipercaya dalam berbagai bahasa hanya dengan mengklik tombol,” tandasnya.