Ikhbar.com: Pengguna layanan keuangan digital di Indonesia didominasi kalangan milenial (kelahiran 1981 sampai 1996) dan generasi Z (kelahiran 1997 sampai 2012).
Data tersebut seperti yang diungkapkan lokadata.id pada Rabu, 15 Oktober 2024. Dalam rilis tersebut mengungkapkan bahwa sebanyak 78% milenial dan Gen Z menggunakan layanan keuangan digital setiap harinya.
“Layanan keuangan digital yang dimaksud meliputi, dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital,” tulis laporan lokadata.id dikutip pada Kamis, 17 Oktober 2024.
Chief Data Officer lokadata.id, Suwandi Ahmad menjelaskan, fakta tersebut dilandasi sejumlah faktor, di antaranya kemudahan akses, cepat, dan fleksibel.
Baca: Riset: Pengguna Paylater di Kalangan Milenial Terus Meningkat
“Kebanyakan dari mereka menggunakan layanan paylater atau beli sekarang bayar nanti. Kalangan milenial dan Gen Z menggunakan layanan ini sebanyak 67 persen,” katanya.
Selain itu, kata dia, faktor lain yang mendorong penggunaan layanan paylater adalah keterbatasan dana tunai dan penawaran promosi khusus.
“Dalam proses pembayaran, kalangan muda paling suka menggunakan tenor antara 1 hingga 3 bulan. Fakta ini mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan utang dengan cepat,” jelas Suwandi.
Ia menilai, tren paylater yang meningkat di kalangan anak muda sejatinya akan menimbulkan beberapa kekhawatiran, termasuk doom spending atau perilaku belanja yang cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang).
Sementara itu, Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pembiayaan konsumtif melalui skema paylater melonjak hingga 89,20% dari tahun ke tahun.
“Dari tahun ke tahun nilainya mencapai Rp7,99 triliun pada Agustus 2024. Meski demikian, angka Non-Performing Financing (NPF) tetap terkendali di angka 2,52 persen,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa tren paylater di kalangan muda ini menimbulkan kekhawatiran bagi mereka untuk gagal membayar tagihan.
“Berdasarkan data OJK, generasi milenial dan gen Z memang menjadi penyumbang utama kredit macet pinjaman online (pinjol),” katanya.
Pada Juli 2024, jelas dia, tingkat kredit macet lebih dari 90 hari atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di perusahaan pinjol atau peer to peer (P2P) lending mencapai sebesar 2,53%.
“Porsi Gen Z dan milenial dalam kategori di usia 19 tahun sampai 34 tahun yang menjadi penyebab utama TWP90 pada Juli 2024, mencapai 37,17 persen,” papar dia.
Direktur PT Indodana Multi Finance, Iwan Dewanto mengatakan, paylater memang menjadi game changer di kalangan anak muda karena dinilai memberikan fleksibilitas dalam berbelanja.
“Namun, ada kebutuhan untuk meningkatkan literasi keuangan agar pengguna tidak terjebak dalam utang yang berlebihan dan konsumtif,” tandasnya.