Ikhbar.com: Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi, mengkritik keras pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di hadapan Kongres AS. Pelosi menyebutnya sebagai “presentasi terburuk yang pernah dilakukan oleh pejabat asing” di Kongres.
“Presentasi Benjamin Netanyahu di DPR hari ini merupakan presentasi terburuk dari semua pejabat asing yang diundang dan diberi kehormatan untuk berpidato di Kongres Amerika Serikat,” kata Pelosi melalui platform media sosial X, dikutip dari pada Jumat, 26 Juli 2024.
Baca: Pengadilan Internasional Vonis Israel sebagai Penjajah Palestina
Pidato Netanyahu yang disampaikan atas undangan para pemimpin Kongres tersebut menarik perhatian berbagai pihak. Namun, sejumlah anggota parlemen, termasuk Pelosi dan beberapa tokoh besar Partai Demokrat, memilih untuk tidak menghadiri acara tersebut.
Pelosi juga menyampaikan kekhawatirannya terkait situasi di Jalur Gaza. Ia menekankan bahwa keluarga sandera yang ditahan di wilayah itu sedang mengupayakan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
“Saya berharap Netanyahu akan menghabiskan waktunya untuk berupaya mencapai gencatan senjata,” ujarnya.
Pidato Netanyahu memicu protes di Washington, sehingga penegak hukum terpaksa menggunakan semprotan merica, dan menahan beberapa demonstran.
Baca: Rumah Perdana Menteri Netanyahu Digeruduk Puluhan Ribu Warga Israel
Namun, media asal Russia, Sputnik memberitakan, Direktur Nasional Koalisi Act Now to Stop War and End Racism (ANSWER), Brian Becker menyatakan bahwa tindakan aparat tersebut tetap dilakukan, meskipun tanpa provokasi dari demonstran.
Netanyahu diberitakan tiba di Washington pada Senin untuk serangkaian pertemuan dengan pejabat-pejabat AS, termasuk Presiden AS, Joe Biden, dan penantangnya dari Partai Republik, Donald Trump. Pidatonya di Kongres juga menjadi bagian dari agendanya.
Pidato Netanyahu mendapat kecaman internasional karena dianggap mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Sebelumnya, serangan brutal Israel di Gaza sejak awal Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 38.800 warga Palestina tewas dan 89.400 lainnya luka-luka, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Blokade yang melumpuhkan akses makanan, air bersih, dan obat-obatan juga memperparah situasi di Gaza.
Baca: Survei: Seperempat Penduduk Israel Mengaku Pengin Kabur dari Negaranya
Mahkamah Internasional menuding Israel melakukan genosida, dan memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah.
Namun, menurut berita itu, Netanyahu dalam pidatonya menyebut putusan tersebut sebagai upaya “memborgol tangan Israel,” dan menghalanginya untuk mempertahankan diri.
“Apabila tangan Israel dikekang, Amerika selanjutnya,” katanya.
Netanyahu juga mengajak AS untuk membentuk aliansi pertahanan di Timur Tengah guna melawan Iran, mirip dengan aliansi AS dan Eropa saat melawan Uni Soviet.