Kebengisan Warga Israel, Todong dan Rampas Tanah Petani Palestina di Tepi Barat

Salah satu kebun zaitun milik warga Palestina di Tepi Barat. Dok AL JAZEERA

Ikhbar.com: Para petani Palestina di Tepi Barat mengaku hampir setiap hari mendapatkan serangan dan kekerasan dari warga Israel. Mereka selalu merasa waswas karena setiap saat rumah dan tanah mereka bisa diambil-alih oleh masyarakat sipil Israel yang dibekali senjata dan didukung penuh pemerintah serta militer negara zionis tersebut.

Belum lagi, keberadaan mereka dekat dengan Kota Jenin yang belakangan kerap menjadi area pertempuran Israel dan Hamas. Dalam setiap pekannya, setidaknya ada 10 warga Palestina yang tewas serta 20 orang lainnya luka-luka akibat aksi bengis tentara Israel.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, minimal sudah ada 237 warga Palestina yang terbunuh dan sekitar 2.850 orang lainnya terluka akibat serangan pasukan Israel di Tepi Barat sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023 lalu.

Baca: Kegigihan Al-Aqra, Perempuan Gaza yang Jadikan Oven Tradisional sebagai Simbol Perlawanan

Teror warga bersenjata

Seorang petani, Ayman Assad (45) mengaku, ia dan keluarganya dapat dengan jelas mendengar serangan demi serangan Israel di kamp pengungsi yang hanya berjarak 2 km dari rumah mereka.

“Anak-anak terus-menerus merasa takut dan mereka tidak lagi bermain di luar, itu terlalu berbahaya,” katanya, dikutip dari Al-Jazeera, Senin, 27 November 2023.

“Kami bisa mendengar serangan mereka (tentara Israel) terhadap kamp pengungsi berupa ledakan dan suara tembakan,” sambungnya.

Assad juga mengatakan, anak-anaknya kini tidak bisa lagi bersekolah karena tentara Israel telah memblokade banyak jalan menuju tempat belajar mereka. Semua kelas pembelajaran sudah digelar secara online.

Kali ini, ia mulai khawatir tentang peternakan ayamnya yang berada di Area C Tepi Barat yang berpotensi diserang dan diambil-paksa oleh warga Israel. “Saya takut tanah saya akan dicuri,” keluhnya.

Palestina terkenal dengan hasil pertaniannya berupa buah zaitun serta sayur-mayur yang diekspor ke banyak tujuan. Pohon zaitun, khususnya, juga menjadi simbol penting keterikatan warga Palestina terhadap tanah mereka.

Tepi Barat merupakan wilayah Palestina yang telah diduduki Israel sejak 1967 silam. Sejak itu, sekitar 700.000 warga Israel ikut menetap secara ilegal. Mereka kerap terlibat dalam pencurian properti, pengambil-alihan tanah, hingga kekerasan. Mereka juga disebut sering menghancurkan kebun-kebun zaitun milik warga Palestina.

Direktur Persatuan Petani Palestina (PAFU) di Ramallah, Tepi Barat, Abbas Milhem menyebut, aksi dan kekerasan yang dilakukan warga Israel terhadap para petani Palestina meningkat seiring serangan masif yang dilakukan militer mereka ke Jalur Gaza.

“Sementara para petani Palestina di Tepi Barat tidak bisa melawan karena dikurung di rumah mereka berdasarkan jam malam,” ungkap Milhem.

Tempat budidaya madu atau sarang lebah milik petani Palestina, Salah Awwad dibakar warga Israel. AL JAZEERA/Salah Awwad

Baca: Daftar Kelicikan Israel: Dari Kebohongan Jumlah Korban hingga Sewa Tentara Bayaran

Merampok hasil panen

Milhem bercerita, lebih dari dua minggu yang lalu, warga Israel bersenjata juga menyerbu lahan pertanian yang dimilikinya.

“Mereka menembakkan senjata ke arah orang-orang yang sedang memanen buah zaitun. Setelah itu, mereka mencuri semua yang kami miliki,” katanya.

Petani lainnya, Iman Abdallah Jawabri (45), mengaku didatangi warga Israel bersenjata ketika dia dan keluarganya sedang memanen buah zaitun.

“Mereka menembak ke arah kami seolah ingin menakut-nakuti, lalu ketika semakin mendekat, mereka merebut ponsel kami untuk mencegah kami mengambil foto mereka. Kemudian mereka menyuruh semua perempuan untuk pergi dan mulai memukuli laki-laki serta memaksa mereka duduk di tanah di bawah pohon zaitun,” katanya.

Lahan yang dimiliki Jawabri sekarang telah berada di bawah kendali militer Israel. “Padahal, lahan tersebut berada di Area B Tepi Barat yang secara aturan berada di bawah kendali Otoritas Palestina,” katanya.

Menurut Human Rights Watch, sebelum perang Israel-Hamas pun, tentara zionis telah membunuh lebih banyak warga Palestina di Tepi Barat sejak 1 Januari dan 6 Oktober 2023. Sedangkan berdasarkan data PBB, angka kemiskinan warga Palestina telah meningkat sebesar 20% dan produk domestik bruto mereka menurun sebesar 4,2% sejak perang meletus.

Terus dikejar

Salah satu pemuda Palestina yang juga aktif menjadi petani, Salah Awwad (28) mengaku telah kehilangan sebanyak 50% dari hasil buah zaitun di lahan miliknya. Ia juga telah kehilangan rumah dan tanahnya di Wadi Tahta, di selatan Tepi Barat. Warga Israel telah merebut lahannya dengan menuangkan bensin ke sekitar rumah dan tempatnya membudi-dayakan lebah madu, lalu membakarnya.

Ketika mereka berhasil mengambil aset miliknya tersebut, Awwad dan delapan anaknya terpaksa harus mengungsi.

“Setelah beberapa hari, saya memang bisa mengambil kembali 100 ekor domba milik saya, tapi saya tidak bisa lagi memiliki lahan tersebut,” katanya.

Awwad mengambil gambar dengan ponselnya untuk merekam salah satu peristiwa warga Israel yang sedang meneror penggembala Palestina di Tepi Barat. Al JAZEERA/Salah Awwad

Sejak 7 Oktober 2023, kondisi di rumah barunya di Sha’ab Tariq, juga ikut memburuk. Warga Israel telah melarang domba-dombanya itu merumput.

“Warga Israel pernah mengepung rumah saya dan mereka tidak mengizinkan saya bekerja,” katanya.

“Saya khawatir ditembak karena mereka membawa senjata. Apa yang bisa saya lakukan? Mereka memiliki senjata, sementara saya hanya mengandalkan kedua tangan kosong,” keluhnya.

“Sayangnya, tidak ada yang melihat kita, kecuali Tuhan,” kata Awwad.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.