Ikhbar.com: Serangan terhadap kotak suara pemilihan umum (pemilu) di Amerika Serikat (AS) menghanguskan lebih dari seratus surat suara, setelah dua insiden pembakaran terjadi di negara bagian Oregon dan Washington. Insiden tersebut terjadi di Portland, Oregon, dan Vancouver, Washington. Pihak berwenang meyakini bahwa keduanya saling berkaitan.
Al Jazeera melaporkan, serangan pertama terjadi pada Senin pagi, 28 Oktober 2024, di kotak suara di Portland, yang diikuti beberapa jam kemudian oleh serangan serupa di Vancouver.
Biro Investigasi Federal (FBI) dilibatkan dalam penyelidikan, setelah perangkat pembakar ditemukan di luar kotak suara.
Baca: Mampukah Pemilih Muslim di Pilpres Amerika Pengaruhi Nasib Warga Gaza?
Auditor terpilih di Clark County, Washington, Greg Kimsey, menggambarkan insiden ini sebagai serangan langsung terhadap demokrasi.
Meski kedua kotak suara dilengkapi sistem pemadam kebakaran, alat tersebut tidak berfungsi di Vancouver, sehingga menyebabkan ratusan surat suara rusak.
Di sisi lain, pihak berwenang di Portland menyatakan bahwa, hanya tiga surat suara yang hancur dalam serangan di kota tersebut.
Insiden ini meningkatkan kekhawatiran menjelang hari pemilihan. Kandidat kongres dari Partai Demokrat, Marie Gluesenkamp Perez, dan pesaingnya dari Partai Republik, Joe Kent, mengutuk serangan ini.
Mereka menyerukan langkah-langkah preventif untuk menjaga keamanan pemilu. Keduanya saat ini bersaing ketat untuk kursi kongres di distrik ketiga Washington.
“Tidak ada tempat dalam demokrasi kita untuk kekerasan, atau campur tangan politik terhadap sesama warga negara, petugas pemilu, atau infrastruktur pemungutan suara,” ujar Perez, dikutip pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Pihak berwenang menyebut bahwa serangan ini mungkin terkait dengan insiden sebelumnya, ketika perangkat pembakar ditempatkan di kotak suara lain di Vancouver tanpa merusak surat suara.
Baca: Dua Capres AS Ditolak Warga Muslim-Arab di Amerika karena Terbukti Dukung Israel
Sekretaris Negara Bagian Washington, Steve Hobbs, menegaskan bahwa keselamatan pekerja pemilu adalah prioritas utama, dan bahwa tindakan kekerasan yang mengancam proses demokrasi tidak akan ditoleransi.
Dengan semakin dekatnya hari pemilihan, pihak berwenang berkomitmen untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat, demi melindungi hak suara masyarakat, dan memastikan proses pemilu yang aman.