Ikhbar.com: Kemajuan pemikiran almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadikannya dicap sebagai sosok yang penuh kontroversial. Salah satu isu kontroversial yang cukup santer adalah kisah Gus Dur yang disebut-sebut di-drop out (DO) saat belajar di Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Faktanya, hal itu dibantah KH Mustofa Bisri atau Gus Mus. “Banyak yang mengatakan gus dur DO dari Al-Azhar. Itu tidak benar. Yang benar adlaah Gus Dur tidak pernah kuliah di Al-Azhar,” terang Gus Mus, saat menyampaikan tausiyah dalam Peringatan Haul Ke-13 Gus Dur bertema “Gus Dur dan Pembaharuan NU” di Ciganjur, Jakarta, Sabtu, 17 Desember 2022, malam.
“Jadi, Gus Dur lebih dulu datang (ke Mesir) sebelum saya. Tetapi beliau, entah sibuk apa, pokoknya sibuklah, sehingga tidak sempat untuk mendaftar kuliah,” sambung Gus Mus.
Gus Mus menceritakan, setibanya di Mesir, Gus Dur menanyakan terkait jurusan yang akan dipilih di Al-Azhar. Gus Mus pun mengaku akan memilih jurusan yang memudahkannya karena hanya berbekal pendidikan murni pesantren.
“Saya menjawab akan mendaftar di Al-Qismul Ali li al-Darasah Islamiyyah wa al-Arabiyyah (Studi Keislaman dan Bahasa Arab). Gus Dur pun langsung bilang, ‘Ya sudah, saya ikut,’ tanpa menanyakan kenapa saya memilih fakultas tersebut,” kisah Gus Mus.
Begitu mulai masuk kuliah, lanjut Gus Mus, Gus Dur kaget melihat daftar mata pelajaran yang tertera. “Loh, ini kan mata pelajaran yang diajarkan di pesantren-pesantren itu, nghabis-habisin umur saja, kata Gus Dur. Terus beliau tidak jadi. Baru kemudian beliau memilih kuliah di Fakultas Adab di Iraq,” kata Gus Mus.
Menurut Gus Mus, almarhum Gus Dur selalu mencurahkan pemikirannya terkait masa depan Nahdlatul Ulama (NU). Bahkan, sejak masih remaja. “Ternyata lulusnya beliau duluan. Saya belum. Setelah lulus, terus pergi ke Belanda. Dari Belanda beliau kirim surat sebanyak 12 lembar,” kata Gus Mus.
Dalam surat itu, Gus Dur menceritakan bahwa di Belanda sudah mendapatkan penghasilan yang cukup. Gus Dur mengajak Gus Mus segera menyusul ke Belanda untuk kemudian bersama-sama pulang ke Tanah Air dan mengabdikan diri demi kemajuan NU.