Ikhbar.com: Kementerian Agama (Kemenag) memfasilitasi pembayaran zakat melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Layanan tersebut beroperasi di sekitar 100 Kantor Urusan Agama (KUA) Tipe A selama Ramadan tahun ini.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Waryono Abdul Ghafur mengungkapkan, pihaknya telah merencanakan rapat pematangan untuk memastikan bahwa setidaknya 100 KUA Tipe A dapat melayani pembayaran zakat.
“Ini insya Allah hari Senin ini kami rapat pematangan, minimal untuk bulan puasa ini, kami target 100 KUA (dapat melayani pembayaran zakat), KUA Tipe A,” kata Waryono, dikutip dari Antara pada Jumat, 22 Maret 2024.
Meskipun tidak merinci KUA Tipe A mana yang akan melayani, Waryono menegaskan bahwa jumlah tersebut mencakup semua KUA Tipe A di berbagai wilayah Indonesia.
Baca: Kemenag Usul Sediakan Beasiswa Khusus Mahasiswa Studi Zakat
Untuk mendukung upaya ini, Kemenag sedang berkomunikasi intensif dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), yang bertanggung jawab atas zakat sesuai dengan Undang-Undang.
“Jadi, rencana UPZ ini kan kewenangannya di Baznas, bukan di Kemenag sesuai dengan Undang-Undang, maka kami dorong Baznas itu memfasilitasi pendirian UPZ,” ujarnya.
Waryono menekankan bahwa pendirian UPZ di sejumlah KUA Tipe A bertujuan untuk meningkatkan pengumpulan zakat dari masyarakat serta memperbanyak jumlah amil zakat di Indonesia, yang saat ini masih terbatas.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, juga mengungkapkan rencana Kemenag untuk mengoperasikan KUA sebagai UPZ guna meningkatkan pengumpulan zakat, Infak, dan sedekah (ZIS) di Indonesia.
Langkah ini sejalan dengan upaya Kemenag untuk menjadikan KUA sebagai pusat pelayanan urusan keagamaan.
Kamaruddin menyatakan bahwa layanan UPZ di KUA akan memiliki dampak besar, tidak hanya dalam pengumpulan zakat, tetapi juga dalam peningkatan literasi keagamaan masyarakat, mengingat KUA merupakan tempat pertemuan yang intensif bagi masyarakat dan tokoh agama.
“Karena KUA itu tempat pertemuan yang cukup intensif masyarakat kita di situ, mereka adalah tokoh-tokoh agama. Ada penghulu di situ, ada penyuluh di situ, yang jumlahnya sangat masif. Mereka ini nanti menjadi agen-agen literasi kita,” tutur Kamaruddin.