Uskup Agung: Kristen Sejati Wajib Bela Palestina!

Uskup Agung Ortodoks Yunani Palestina Atallah Hanna menyampaikan pidato selama demonstrasi di Beit Jala di pinggiran Kota Bethlehem di Yudea. Dok AFP

Ikhbar.com: Uskup Agung Palestina, Atallah Hanna menegaskan bahwa siapa pun yang berbangga dengan tanda salib dan secara terbuka menyatakan keimanan Kristen, wajib mengakui adanya ketidakadilan historis yang menimpa rakyat Palestina.

Pernyataan tersebut disampaikan sebagai tanggapan terhadap Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio yang mengenakan tanda salib di dahinya pada peringatan Rabu Abu, pada 5 Maret 2025 lalu. Rubio mengulang ancaman yang sebelumnya disampaikan mantan Presiden AS, Donald Trump, terhadap Hamas dan penduduk Gaza.

“Siapa pun yang ingin berbangga pada salib harus belajar dari Yang Tersalib tentang nilai cinta, kasih sayang, dan kemanusiaan,” tegas Hanna, sebagaimana dikutip dari Al-Ahram, Jumat, 14 Maret 2025.

Baca: Warga Kristen Palestina Ragukan Janji Trump Selamatkan Gaza

Uskup Agung Atallah Hanna memimpin Keuskupan Sebastia di Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem dan dikenal sebagai kritikus keras pendudukan Israel serta pendukung hak-hak Palestina. Lahir di Desa Al Rameh, Galilea, Palestina pada 1965, ia telah memimpin keuskupan tersebut sejak 2005 dan aktif mempromosikan persatuan Palestina serta hidup berdampingan antara umat Kristen dan Muslim.

“Seorang Kristen sejati harus berdiri bersama mereka yang tertindas, menderita, dan teraniaya—bukan bersama mereka yang menebarkan kekerasan dan ketidakadilan kepada bangsa lain,” sambungnya.

Ia mengecam para politisi yang mengeklaim identitas Kristen tetapi mengabaikan penderitaan rakyat Palestina.

“Mengaku sebagai penganut Kristen sekaligus mendukung penindasan dan tirani memunculkan pertanyaan serius. Di mana nilai-nilai Kristen dalam semua ini? Mengapa politisi ini terus mendistorsi pesan Kristiani seolah-olah mereka adalah musuh dalam gereja yang merusak dari dalam?” ujar Hanna.

Hanna juga mengecam pernyataan Donald Trump yang dianggapnya sembrono terhadap rakyat Palestina. Sebelumnya, Trump menyampaikan ancaman keras terhadap penduduk Gaza melalui platform media sosialnya, Truth Social.

“Saya mengirimkan segala yang dibutuhkan Israel untuk menyelesaikan tugasnya. Tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan aman jika mereka tidak mematuhi perintah saya,” tulis Trump.

Trump juga memberikan “peringatan terakhir” kepada Hamas dan seluruh penduduk Gaza.

“Ini adalah peringatan terakhir Anda! Bagi para pemimpin, sekarang adalah waktu untuk meninggalkan Gaza selagi masih ada kesempatan,” ujarnya.

“Kepada rakyat Gaza, masa depan yang indah menanti, tetapi bukan jika Anda menahan sandera. Jika Anda melakukannya, Anda MATI!” kata Trump.

Menanggapi ancaman tersebut, Hanna menuding Trump menolak mengakui keberadaan rakyat Palestina sebagai sebuah bangsa.

“Apakah dia menyadari bahwa ada rakyat Palestina di bumi ini, baik di Palestina, di kamp-kamp pengungsian, maupun di diaspora?” tanyanya.

“Apakah dia tahu bahwa rakyat Palestina adalah masyarakat terdidik yang unggul dan berinovasi di mana pun mereka berada, termasuk di Amerika Serikat yang dipimpinnya?”

Uskup Agung tersebut mengecam upaya menggambarkan rakyat Palestina sebagai “sekumpulan penjahat, pembunuh, dan teroris” sambil mengabaikan kenyataan bahwa mereka adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, budaya, dan peradaban.

Menurutnya, rakyat Palestina menghargai kehidupan dan kebebasan, bahkan telah berkorban banyak demi cita-cita tersebut.

Ia juga menyerukan kepada para penasihat Trump, terutama yang berlatar belakang Arab, untuk menentang retorika presiden tersebut.

“Ada rakyat Palestina di bumi ini, dan keberadaan mereka tidak dapat dihapuskan oleh pidato yang sembrono, tidak seimbang, dan irasional,” tegasnya.

Baca: Mengunjungi Gereja di Afrika Selatan yang Kini Jadi Markas Gerakan Pro-Palestina

Uskup Agung Hanna menegaskan bahwa retorika Trump hanya memicu ketidakadilan, bukan menciptakan perdamaian.

“Perdamaian tidak dapat dibangun di atas penderitaan rakyat Palestina atau dengan menyangkal keberadaan, hak, dan keteguhan mereka di tanah ini,” jelasnya.

Ia menyerukan tekanan internasional terhadap Israel dan menegaskan bahwa komitmen sejati terhadap perdamaian harus dimulai dengan penghentian agresi dan perlakuan tidak adil terhadap rakyat Palestina.

“Palestina adalah bangsa, dan manusia Palestina, di atas segalanya, adalah manusia—diciptakan oleh Tuhan sebagaimana manusia lainnya di dunia ini. Mereka tidak berbeda dari siapa pun, terlepas dari agama, keyakinan, atau warna kulit,” tegas Hanna.

Uskup Agung Hanna juga mendesak para pemimpin dunia untuk meninjau kembali sikap mereka terhadap Palestina.

“Para politisi dan penguasa dunia yang dibutakan oleh agresi dan kesombongan harus didoakan—terutama di masa suci ini—agar mereka kembali kepada kemanusiaan dan menjadi lebih adil dan bijaksana,” pungkasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.