[Update] 59 Jemaah Haji Wafat di Tanah Suci

Ilustrasi jemaah haji. Foto: Shutterstock

Ikhbar.com: Jumlah jemaah haji asal Indonesia yang wafat di Tanah Suci terus bertambah. Hingga Sabtu, 24 Mei 2025, tercatat 59 orang meninggal dunia selama pelaksanaan ibadah haji.

Jumlah tersebut berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan sejak keberangkatan pertama pada 2 Mei lalu.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo mengungkapkan bahwa mayoritas jemaah haji wafat di Tanah Suci adalah penyakit jantung iskemik akut dan shock kardiogenik.

“Serangan jantung sebagai penyumbang tertinggi dengan 19 kasus. Mayoritas korban adalah jemaah lansia dan mereka yang memiliki riwayat penyakit bawaan seperti hipertensi dan diabetes,” ujarnya melalui rilis resmi Kemenkes yang diterima pada Ahad, 25 Mei 2025.

Baca: Jelang Wukuf, Ini Pesan Nyai Badriyah untuk Jemaah Haji Perempuan

“Serangan jantung menjadi ancaman paling nyata bagi jemaah haji, apalagi jika aktivitas fisik tidak dikontrol di tengah cuaca ekstrem Arab Saudi,” imbuhnya.

Liliek menambahkan, kelelahan akibat aktivitas ibadah yang terlalu padat turut memicu kematian jemaah. Ia menyoroti pentingnya menjaga stamina, terutama menjelang puncak haji pada 4 Juni mendatang.

“Jemaah yang memiliki penyakit bawaan sebaiknya membatasi ibadah sunah seperti tawaf dan umrah berulang kali, serta hindari berjalan kaki jauh saat cuaca panas terik,” imbaunya.

Salah satu kasus terbaru datang dari calon haji asal Lebak, Banten. Seorang jemaah bernama M Yasin (60), warga Kecamatan Cibadak, meninggal dunia setelah melaksanakan ibadah umrah tak lama setelah tiba di Makkah, Arab Saudi. Kloter 49 yang ia ikuti baru tiba pada Sabtu, 24 Mei, namun langsung melakukan umrah tanpa beristirahat terlebih dahulu.

“Seharusnya mereka istirahat dulu di hotel. Waktu ibadah masih panjang,” ujar Halimatussadiah, Kepala Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Lebak.

Ia menyayangkan kejadian ini dan mengimbau jemaah agar memprioritaskan kondisi fisik mereka.

Dari total 564 jemaah asal Lebak yang tergabung dalam Kloter 49 dan Kloter 52, kasus M Yasin menjadi laporan kematian pertama.

Pihak Kemenkes terus mengingatkan pentingnya tindakan pencegahan: rutin memeriksa kesehatan tiga kali seminggu, menjaga asupan cairan hingga 2 liter per hari, menghindari dehidrasi dengan oralit, serta menggunakan alat pelindung diri seperti masker, kacamata hitam, dan alas kaki.

“Jaga pola pikir positif, perbanyak zikir, dan jangan abaikan sinyal tubuh. Ibadah itu penting, tapi keselamatan jauh lebih utama,” pungkas Liliek.

Pemerintah berharap, dengan kedisiplinan menjaga kesehatan, jemaah dapat menuntaskan ibadah haji dengan selamat dan pulang ke tanah air dalam keadaan sehat serta meraih predikat haji mabrur.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.