Sistem Murur, Kerikil untuk Lempar Jumrah Disediakan sejak di Arafah

Suasana jemaah haji melempar jumrah di Mina. Foto: AP Photo/Amr Nabil

Ikhbar.com: Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag), Subhan Cholid mengaku pihaknya tengah menyiapkan skema khusus terkait persiapan ritual lontar jumrah saat puncak haji mendatang.

Ia menjelaskan, meski tidak turun di Muzdalifah, pihaknya telah menyiapkan kerikil sejak jemaah berada di Arafah.

“Jemaah tidak perlu khawatir, kerikil kami bekali sejak jemaah ada di Arafah,” ujar Subhan dikutip dari laman Kemenag pada Sabtu, 8 Juni 2024.

Baca: Jadwal Operasional Bus Shalawat selama Puncak Haji

Subhan mengungkapkan, pihak Mashariq nantinya akan menyiapkan kantong berisi kerikil sejumlah 70 buah. Jumlah tersebut dinilai cukup untuk keperluan lontar jumrah Aqabah hingga selesai nafar tsani.

Ia mengatakan, pemberian kerikil tersebut akan dilakukan bersamaan dengan pemberian snack berat yang ditujukan sebagai layanan konsumsi di Muzdalifah.

“Jadi nanti, di saat jemaah di Arafah, akan ada pembagian kantong kerikil beserta snack berat untuk di Muzdalifah. Nah ini dua-duanya dibawa. Jangan ditinggal di Arafah ya,” pesan Subhan.

Terkait snack, Subhan menyampaikan bahwa makanan ringan tersebut akan dikonsumsi jemaah saat di Muzdalifah, terutama bagi mereka yang tidak ikut murur. 

“Sambil menunggu pemberangkatan ke Mina bisa sambil konsumsi snack berat. Sementara, untuk kantong kerikilnya nanti akan kita gunakan saat melakukan lontar jumrah di Mina,” katanya.

Penerapan murur

Pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M ini, untuk kali pertama Indonesia akan menerapkan skema murur dalam pola pergerakan jemaah di masa puncak haji.

Murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.

Skema murur ini, rencananya akan diikuti oleh 25 persen jemaah haji Indonesia atau sekitar 55 ribu orang. Mereka yang akan diprioritaskan ikut dalam skema murur ini adalah para jemaah dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia (lansia), disabiltas, serta para pendamping lansia.

Penerapan murur tersebut dilakukan sebagai ijtihad serta ikhtiar untuk menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga telah memikirkan bagaimana ritual pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan sesuai dengan syariat.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.