Ikhbar.com: Sebanyak 216.022 jemaah dan petugas haji Indonesia dari 553 kelompok terbang (kloter) dipastikan telah berada di Makkah, Arab Saudi. Mereka tengah bersiap untuk mengikuti rangkaian puncak haji yang dimulai pada 9 Zulhijjah.
Kelompok terbang (kloter) yang terakhir mendarat di Makkah adalah kloter 106 Embarkasi Surabaya (SUB-106). Rombongan tersebut membawa 333 jemaah dengan mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Anggota Media Center Kementerian Agama (Kemenag), Widi Dwinanda menyampaikan, dengan berakhirnya fase kedatangan jemaah di Tanah Suci, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) saat ini sepenuhnya fokus dan berkonsentrasi mempersiapkan rangkaian puncak haji yang dimulai dengan pendorongan jemaah haji ke Arafah pada 8 Zulhijah 1445 H mendatang.
“Sejumlah persiapan terus dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku dan stakeholders penyelenggaraan haji. Seluruh layanan disiapkan mulai layanan transportasi, akomodasi, konsumsi, kesehatan, perlindungan jemaah dan bimbingan ibadah sejak dari hotel tempat jemaah menginap, di Arafah, Muzdalifah dan Mina,” ujar Widi dikutip dari laman Kemenag pada Kamis, 13 Juni 2024.
Baca: Taksi Terbang Siap Layani Jemaah selama Musim Haji
Widi menjelaskan, untuk layanan akomodasi di Arafah, jemaah haji Indonesia akan menempati 1.169 tenda yang terbagi dalam 73 maktab atau markaz. Setiap maktab akan disiapkan 10 bus yang akan membawa jemaah dari Arafah.
“Seluruh tenda jemaah dilengkapi dengan AC dan kasur serta selimut. Menteri Agama telah meninjau persiapan akomodasi di Armuzna untuk memastikan jemaah mendapatkan layanan terbaik,” katanya.
Sementara dari aspek layanan konsumsi, Widi menjelaskan bahwa selama berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, jemaah haji akan mendapat 15 kali makan dan 1 kali snack berat, 6 kali makan di antaranya diberikan dalam bentuk siap saji. Sedang 9 kali makan lainnya akan diberikan secara fresh meal.
“Setiap maktab di Arafah menyiapkan dapur untuk mengolah fresh meal yang akan dikonsumsi oleh jemaah haji. Makanan yang dikonsumsi jemaah haji telah melalui proses pemeriksaan untuk menjaga kualitas makanan jemaah, termasuk para lansia,” ucap dia.
Widi mengungkapkan, untuk layanan transportasi jemaah haji ke Arafah, Muzdalifah dan Mina, sejak operasional bus shalawat berhenti sementara pada 11 Juni 2024 kemarin, seluruh bus akan ditarik pihak pengelola untuk difokuskan pada layanan shuttle Armuzna, mulai dari Makkah, Arafah, Muzdalifah, Mina dan ke Makkah.
“Usai puncak haji, bus shalawat akan kembali dioperasikan untuk melayani jemaah yang akan melaksanakan Thawaf Ifadlah, Thawaf Wada, maupun salat lima waktu di Masjidil Haram,” ungkapnya.
Untuk fasilitasi layanan kesehatan jemaah, terang Widi, PPIH menyiapkan klinik kesehatan di Arafah dan Mina lengkap dengan sarana prasarana medis serta kelengkapan pendukung lainnya. Seluruh petugas kesehatan yang berjumlah 287 orang akan dikonsentrasikan melayani jemaah.
“Sebanyak 200 petugas kesehatan akan diterjunkan di semua pos kesehatan dan nanti di sepanjang jalur Jamarat, 87 petugas kesehatan lainnya melayani jemaah di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan membersamai safari wukuf jemaah sakit di Arafah,” terangnya.
Selain itu, jelas dia, layanan kesehatan juga dilakukan petugas kesehatan yang ada di kloter-kloter. Jika ada keluhan penyakit dari jemaah yang tidak bisa didatangani di tenda, nanti akan diarahkan ke pos kesehatan di Mina.
“Jika di Mina tidak bisa menangani maka akan dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi. Layanan ambulans juga disiapkan, bersiaga untuk jemaah,” sambungnya.
Menurutnya, PPIH Arab Saudi juga akan mensafariwukufkan jemaah haji yang sakit dan dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan untuk jemaah sakit saat harinya mesti ke Arafah dan butuh pendampingan. Selain untuk jemaah sakit, fasilitasi safari wukuf juga untuk jemaah lansia non mandiri.
Widi menjelaskan, tahun ini Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan memberlakukan skema murur saat mabit di Muzdalifah. Menurutnya, skema tersebut utamanya diperuntukkan bagi jemaah haji risiko tinggi, lanjut usia, disabilitas, pengguna kursi roda, dan para pendampingnya.
“Pergerakan jemaah haji Indonesia dari Arafah pada operasional haji 1445 H/2024 M terbagi dalam dua skema, normal dan murur. Pola normal adalah sistem taraddudi (shuttle) yang mengantar jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah.
Lebih lanjut, Widi menyampaikan bahwa mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah.
“Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina,” ucapnya.
Ia meenjamin bahwa PPIH akan terus mengimbau jemaah untuk mempersiapkan diri lahir dan batin menjalani rangkaian puncak haji mendatang.
“Untuk persiapan fisik, jaga kebugaran tubuh dengan makan yang teratur dan tepat waktu serta istirahat yang cukup. Aktivitas ibadah dapat dilakukan di hotel dan membatasi bepergian ke luar hotel,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Widi mengimbau para jemaah untuk dapat memaksimalkan waktu menghadapi puncak haji dengan memperbanyak amalan ibadah, berzikir, mendalami manasik haji.
“Mintakan doa kepada keluarga di Tanah Air agar dapat menjalani puncak haji dengan lancar dan aman,” imbau dia.
Terkait update jemaah yang yang wafat di Tanah Suci, Widi menjelaskan bahwa saat ini sudah ada 98 orang yang meninggal dunia. Mereka antara lain wafat di Embarkasi 8 orang, di Madinah 18 orang, di Makkah 69 orang dan di Bandara 3 orang.
“Seluruh jemaah haji yang wafat akan dibadalhajikan,” tegas dia.