Ikhbar.com: Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, menegaskan bahwa keunggulan agro-maritim Indonesia harus menjadi penopang utama daya saing nasional di tengah guncangan ekonomi global.
Menurutnya, pembangunan berbasis agro-maritim, yakni perpaduan sektor pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan tropis, akan memperkuat fondasi kedaulatan ekonomi karena berakar pada potensi sumber daya alam yang melimpah dan kearifan lokal masyarakat pesisir.
Prof. Rokhmin menyoroti empat dinamika global yang tengah menguji ketahanan ekonomi dunia: ketegangan geopolitik seperti konflik Rusia–Ukraina dan Israel–Iran, perang dagang internasional akibat kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat, krisis ekologi yang ditandai polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, serta pemanasan global, dan disrupsi teknologi akibat percepatan otomasi, kecerdasan buatan (AI), serta digitalisasi industri.
Baca: Prof Rokhmin Dorong Kota Tual Jadi Model Ekonomi Biru Nasional
Menurutnya, bila tekanan global tersebut tidak diantisipasi dengan kebijakan yang tepat, Indonesia berisiko menghadapi penurunan investasi asing, ekspor, dan perdagangan, disusul penutupan pabrik, penurunan produksi pangan, serta lonjakan pengangguran dan kemiskinan.
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi nasional dapat melambat dan melemahkan daya saing bangsa di pasar global.
Ia menegaskan bahwa arah pembangunan nasional harus menekankan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen per tahun, peningkatan kualitas pertumbuhan yang menyerap tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas, serta pembangunan yang inklusif dan ramah lingkungan.
Pendekatan ini dinilai sangat relevan bagi daerah pesisir seperti Kota Tual, Maluku, yang memiliki potensi ekonomi biru besar namun juga rentan terhadap perubahan iklim dan gejolak global.
“Dengan strategi yang tepat, Tual dan daerah pesisir lainnya dapat menjadi benteng ketahanan ekonomi nasional sekaligus model pembangunan berdaulat yang berbasis laut, berbasis rakyat, dan berbasis keberlanjutan,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri, dikutip pada Kamis, 6 November 2025.
Kota Tual memiliki 7.524 hektar potensi budidaya laut, tetapi baru 350,7 hektar yang dimanfaatkan. Pengembangan sektor hilir seperti pengolahan fillet, IQF (individually quick frozen), surimi, dan rantai dingin menjadi langkah penting untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus memperkuat daya saing daerah.
Baca: Prof Rokhmin Ajak Nelayan Pidie Kembangkan Industri Perikanan Modern
Namun, angka kemiskinan 20,01 persen dan pengangguran terbuka 8,68 persen menunjukkan bahwa potensi besar itu belum otomatis bertransformasi menjadi kesejahteraan masyarakat.
Menurut Prof. Rokhmin, daya saing nasional bukan sekadar diukur dari ekspor atau investasi, tetapi dari kemampuan sistemik bangsa untuk menghasilkan nilai tambah secara berkelanjutan.
Hal itu mencakup tataran mikro, yakni perusahaan, BUMN/BUMD, dan koperasi yang efisien dan inovatif, serta tataran makro berupa infrastruktur unggul, SDM berkualitas, iklim investasi kondusif, dan kebijakan ekonomi yang stabil.