Ikhbar.com: Yayasan Bani Abdurrahman Wahid bersama Soka Gakkai Indonesia resmi membuka pameran bertajuk “Gus Dur dan Daisaku Ikeda untuk Kemanusiaan: Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian.”
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali pesan toleransi lintas agama serta cita-cita perdamaian yang diwariskan kedua tokoh dunia tersebut.
Ketua Pelaksana, Inaya Wulandari Wahid, menegaskan bahwa pameran ini diselenggarakan untuk mengenang 15 tahun pertemuan Gus Dur dengan Daisaku Ikeda, yang kala itu menghasilkan dialog mendalam tentang kemanusiaan. Percakapan bersejarah itu kemudian dibukukan dan hingga kini menjadi rujukan penting dalam wacana toleransi global.
Baca: Konferensi Pemikiran Gus Dur Tegaskan ‘Rahmatan lil ‘Alamin’ Cakup Relasi dengan Alam
“Pameran ini digelar untuk memperingati lahirnya buku dialog Gus Dur dan Ikeda. Mengapa harus diperingati? Karena ini bagian dari wasiat keduanya agar pesan dalam buku tersebut bisa menyebar luas. Buku ini penting karena bicara tentang kondisi dunia,” ujar Inaya di Jakarta pada Rabu, 1 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, pertemuan Gus Dur dan Ikeda 15 tahun lalu menghadirkan pembahasan mendalam mengenai perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan agama. Buku berjudul Dialog Peradaban itu merekam pandangan keduanya sebagai tokoh agama sekaligus pejuang perdamaian dunia.
“Pertemuan itu membicarakan banyak hal tentang perdamaian. Hasilnya kemudian dituangkan dalam buku Dialog Peradaban Dunia yang diterbitkan 15 tahun lalu,” kata putri ketiga Gus Dur tersebut.
Pameran akan berlangsung selama satu bulan penuh di tiga lokasi berbeda: Masjid Istiqlal, Makara Art Centre Universitas Indonesia, dan Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia. Menurut Inaya, ketiga tempat ini dipilih karena merepresentasikan pesan dalam buku Dialog Peradaban.
“Kenapa di Istiqlal? Karena itu melambangkan aspek interfaith. Gus Dur dan Ikeda sama-sama pemuka agama berbeda yang berdialog tentang toleransi, keberagaman, dan harmoni antarumat beragama,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pesan dalam buku tersebut masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia hari ini.
“Masalah seperti sulitnya mendirikan rumah ibadah atau penolakan terhadap keberadaan rumah ibadah adalah persoalan nyata. Buku ini sudah menyinggung hal-hal itu sejak lama,” ujarnya.
Selain pameran, penyelenggara juga akan meluncurkan versi audiobook dari Dialog Peradaban. Pameran ini menghadirkan tiga fokus utama: menghidupkan isi buku, menampilkan sosok Gus Dur dan Ikeda dalam keseharian, serta menyampaikan pesan perdamaian melalui karya seni.
Inaya berharap masyarakat bisa melihat kedua tokoh itu bukan sebagai sosok yang jauh dari kehidupan sehari-hari.
“Mereka bukan manusia super. Mereka sama seperti kita, bagian dari masyarakat. Kalau mereka bisa membuat keputusan yang menghasilkan perdamaian, berarti kita pun bisa,” tambahnya.
Agenda kegiatan meliputi:
- Pameran Visual: menampilkan kisah inspiratif Gus Dur dan Daisaku Ikeda beserta kutipan pemikiran keduanya.
- Talkshow dan Bedah Buku: membahas toleransi dan perdamaian berdasarkan isi buku, dengan menghadirkan tokoh agama dan aktivis.
- Art Performance: menjadi ruang pertukaran budaya Indonesia dan Jepang, khususnya bagi generasi muda.
Acara ini terbuka untuk masyarakat umum, tokoh lintas agama, akademisi, pelajar, hingga organisasi yang bergerak dalam bidang toleransi, hak asasi manusia, dan perdamaian.